Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produktivitas Lahan Kakao dan Kopi Bali Masih Rendah

Daerah penghasil utama kopi di Bali yaitu Buleleng, Tabanan, dan Bangli. Sementara itu, daerah utama penghasil kakao di Bali yaitu Jembrana, Tabanan, dan Buleleng.
Buruh memperlihatkan perbandingan kualitas biji kakao yang buruk dan baik di perkebunan kakao Pasir Ucing, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (1/2/2021). Bisnis/Rachman
Buruh memperlihatkan perbandingan kualitas biji kakao yang buruk dan baik di perkebunan kakao Pasir Ucing, Cipeundeuy, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (1/2/2021). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, DENPASAR - Produktivitas lahan kopi dan kakao Bali masih kalah dibandingkan nasional. Padahal, kopi dan kakao masuk dalam 20 komoditas dengan pangsa dan growth ekspor tertinggi selama 2020.

Berdasarkan data Direktorat Jenderal Perkebunan, pada 2020, total produktivitas kopi Bali adalah sebanyak 15.302 ton dengan produktivitas lahan 0,44 ton per hektar (Ha). Sementara itu, total produksi kakao di Bali selama 2020 adalah 4.951 ton dengan produktivitas 0,36 ton/Ha.

Realisasi produktivitas lahan kopi di Bali terpantau lebih rendah dibandingkan nasional yang besarnya sebanyak 0,6 ton/Ha. Begitu juga dengan kakao yang memiliki produktivitas nasional sebesar 0,49 ton/Ha.

Daerah penghasil utama kopi di Bali yaitu Buleleng, Tabanan, dan Bangli. Sementara itu, daerah utama penghasil kakao di Bali yaitu Jembrana, Tabanan, dan Buleleng.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan pada 2020, Buleleng memproduksi kopi sebanyaj 6.108 ton, diikuti dengan Tabanan 5.542 ton, dan Bangli 2.328 ton. Produksi kakako di Jembrana mencapai 2.942 ton, diikuti Tabanan 895 ton dan Buleleng 649 ton.

Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali, ekspor kakao selama 2020 senilai US$152.611,34 atau tumbuh 267,42 persen secara tahunan (year on year/YoY). Nilai ekspor kopi pada 2020 adalah senilai US$1,03 juta atau tumbuh 6,13 persen YoY.

Deputi Direktur Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali M. Setyawan Santoso mengatakan rendahnya produktivitas kopi dan kakao di Bali karena komoditas tersebut sudah berumur dan memerlukan peremajaan.

Di samping itu, perlu adanya penerapan Good Agricultural Practice untuk mendorong produktivitas. Dari sisi kelembagaan dan pemasaran, masih terdapat tantangan sertifikasi organik, khususnya bagi komoditas kopi.

"Peremajaan diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan produksi karena pohon-pohon yang sudah tua," katanya kepada Bisnis, Selasa (20/4/2021).

Lebih lanjut, peremajaan dinilai perlu dilakukan dalam jangka menengah tiga sampai lima tahun sehingga produksi meningkat setelah pohon siap panen. "Peremajaan diharapkan dapat meningkatkan ekspor," sebutnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper