Bisnis.com, DENPASAR — Pengembangan ekonomi di Bali cenderung didukung oleh sektor tersier yakni pariwisata tanpa memiliki pondasi sektor sekunder berupa industri pengolahan atau hilirisasi pertanian yang memadai.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho menilai Pulau Dewata terlalu cepat mengembangkan sektor tersier yakni pariwisata dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Di satu sisi, sektor sekunder berupa industri pengolahan di Bali sangat minim pengembangan.
Padahal, menurutnya secara teori, suatu negara akan maju jika telah melewati fase industrialisasi terlebih dahulu sebelum bertumpu pada sektor jasa seperti pariwisata. Hal yang terjadi di Bali adalah pengembangan ekonomi dari fase sektor primer yakni pertanian langsung melompat ke sektor tersier atau jasa seperti pariwisata.
Baca Juga
"Bali tidak punya industri modern, pertanian yang modern, dan pengolahan yang modern kita belum banyak, sedangkan pengembangan pariwisata sangat cepat. Jadi kita sangat ketinggalan di sektor industrialisasi," katanya, Kamis (8/4/2021).
Menurutnya, karena terlalu bertumpu pada sektor tersier yakni pariwisata, perekonomian Bali sangat rentan. Padahal, Bali untuk mendukung sektor pariwisata seharunya memuliki food station maupun rice milling unit untuk memproduksi beras tanpa melakukan impor dari provinsi lain.
"Itu salah satu kekurangan, Bali juga tidak punya pengolahan kakao, kopi, jeruk maupun salak, itu yang belum terlalu maju. Boleh pariwisata tapi tidak terlalu banyak," sebutnya.