Bisnis.com, DENPASAR — Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi menilai Bali perlu melakukan diversifikasi ekonomi yakni lewat mengembangkan wellness and health tourism dan energi terbarukan.
Asisten Deputi Investasi Strategis Kemenko Marves Bimo Wijayanto mengatakan bahwa investasi di sektor nontersier di Bali seperti penghilirian produk pertanian sangat minim, padahal pasar agrikultur maupun kelautan dan perikanan sangat prospektif untuk dikembangkan di Bali.
Menurutnya, lantaran hal itu, investasi Bali yang didominasi sektor pariwisata perlu melakukan diversifikasi ekonomi dengan mengembangkan wellness and health tourism.
Pengembangan health tourism di Bali didasarkan atas data World Bank pada 2018 yang mencatat 60 persen wisatawan ke Malaysia dan 45 persen wisatawan ke Singapura adalah warga negara Indonesia. Tujuan kedatangan WNI tersebut adalah untuk melakukan pemeriksaan kesehatan di rumah sakit yang ada di Malaysia dan Singapura.
Bali pun bisa menjadi salah satu dari 10 provinsi di Indonesia yang bisa mengembangkan health tourism tersebut.
"Bali merupakan tiga dari 10 kota yang potensial untuk mengembangkan wellness and health tourism," katanya, Kamis (8/4/2021).
Selain itu, penghiliran mineral yang saat ini didorong pemerintah dinilai cocok dengan pengembangan pariwisata Bali. Misalnya, dalam pengembangan kendaraan listrik sangat dibutuhkan mineral logam yang menjadi produksi andalan Indonesia yakni nikel.
"Bali sebagai hub tourism dan sebagai hub green tourism, dengan ini akan membuat wisatawan betah," ujarnya.