Bisnis.com, DENPASAR - Produksi beras di Bali selama Januari-April 2021 diproyeksi naik 83,62 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/YoY). Potensi peningkatan produksi tersebut kemungkinan akan berdampak pada harga beras di Bali.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik, produksi beras pada Januari 2021 adalah sebesar 23.686 ton beras. Potensi produksi beras pada periode Januari-April 2021 diperkirakan mencapai 142.384 ton beras, atau naik 83,62 persen YoY.
Pimpinan Perum Bulog Kanwil Bali Suhardi mengakui peningkatan produksi beras akan berdampak pada harga. Hanya, hingga saat ini harga jual beras di Bali masih cenderung stabil karena tidak hanya bergantung pada panen di Bali saja, melainkan luar wilayah.
Bulog, lanjutnya, berupaya membuat harga beras tetap stabil lewat membeli beras sesuai dengan harga pembelian pemerintah (HPP). Sementara itu, di tingkat konsumen, Bulog bisa saja menyalurkan Ketersediaan Pasokan dan Stabilisasi Harga (KPSH) beras medium yang berstatus sebagai cadangan beras pemerintah (CBP).
HPP beras medium berkisar di angka Rp8.300 per kg.
"Perum Bulog Kanwil Bali belum mengadakan beras CBP [cadangan beras pemerintah] dengan harga HPP yang ditetapkan pemerintah karena harga masih di atas HPP. Namun, perum bulog mengadakan beras komersial sesuai dengan kemampuan distribusi," katanya kepada Bisnis, Selasa (2/3/2021).
Hingga Februari 2021, Bulog Bali telah menyerap 800 ton beras komersial dengan HPP berkisar Rp9.300 hingga Rp9.500 per kilogram. Tahun ini, Bulog Bali menargetkan serapan beras mencapai 7.500 ton atau naik 25 persen YoY.
"Kalau misalnya kita dapat harga HPP untuk beras komersial, bisa nambah beli lagi yang banyak," katanya.