Bisnis.com, DENPASAR—Pengembangan teknologi informasi dinilai dapat menjadi salah satu alternatif perekonomian bagi Bali, mengantisipasi masih lamanya industri pariwisata kembali normal yang selama ini menjadi tulang punggung perekonomian.
Rektor Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) Stikom Bali Dadang Hermawan mengatakan teknologi informasi saat ini masih berkembang pesat di Pulau Dewata. Hal itu dibuktikan dengan masih banyaknya pekerja sektor ini yang tetap beraktivitas tanpa mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sebagaimana pekerja pariwisata.
“Teknologi informasi ini juga sesuai dengan konsep energi bersih yang dirancang pemprov Bali untuk mengurangi tingkat emisi. Bisnis digital juga tidak selalu membutuhkan gedung tinggi, kantor mewah, itu juga sesuai dengan Bali yang tidak membolehkan gedung terlalu tinggi” ujarnya kepada Bisnis, Senin (15/2/2021).
Berdasarkan data BPS Bali, perekonomian Bali pada triwulan IV/2020 masih ditopang kuat oleh lapangan usaha penyediaan akomodasi dan makan minum dan pertanian dengan kontribusi jika digabungkan mencapai 31%. Ketika pandemi berlangsung kedua lapangan usaha beserta hampir semua lapangan usaha tumbuh minus. Hanya lapangan usaha komunikasi dan informasi yang menunjukkan pertumbuhan positif sebesar 0,44%.
Menurut Dadang dengan pertumbuhan positif dibidang usaha komunikasi dan informasi tersebut menunjukkan bahwa Bali memiliki potensi besar untuk pengembangan bisnis digital yang sedang menjadi trend. “Bisnis kedepan adalah bisnis digital, jika dulu perusahaan mencari marketing kemudian diberikan pelatihan TI untuk menunjang kerjanya sebagai marketing, sekarang terbalik, perusahaan mencari orang jebolan TI baru diajarkan konsep marketing, trendnya sudah berubah,” ungkap Dadang.
Senada dengan Dadang, Pengamat Ekonomi Bali Krisna Adwitya Sanjaya menjelaskan jika bisnis berbasis TI menjadi potensi lain yang bisa dikembangkan, pengguna internet di Bali yang tinggi menjadi potensi besar. Dia juga menjelaskan pentingnya kolaborasi pemerintah dan Kampus dalam mewujudkannya. “Sudah ada kampus yang membuka bisnis digital di Bali, itu bisa menjadi landasan untuk pengembangan bisnis digital,” ungkapnya.
Pemerintah menurut Krisna harus menyiapkan perangkat yang menopang bisnis TI tersebut seperti aturan yang mendukung dan juga pembinaan yang memadai. “Pemerintah bisa berperan membina usaha-usaha seperti UMKM kita untuk tumbuh dengan berbasis TI, pandemi Covid-19 ini orang terbatas untuk transaksi langsung sehingga digital menjadi pilihan,” jelasnya.
Dengan visi Bali untuk mengembangkan endek juga bisa dimanfaatkan melalui bisnis berbasis digital sehingga menurut Krisna lebih mudah untuk dikenal di dunia Internasional. “Endek Bali bisa cepat go Internasional dengan cepat melalui digital,” tandasnya.
Akibat terlalu bergantungnya Bali terhadap industri pariwisata selama ini, ketika terjadi pandemi Covid-19, ekonomi Bali terkontraksi sangat dalam. Sepanjang kuartal tahun 2020, data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali menunjukkan ekonomi Bali terkontraksi. Pada Kuartal 1/2020, pertumbuhan ekonomi Bali minus 1,2 persen. Pertumbuhan ekonomi kembali terkontraksi pada kuartal II/2020 dengan besaran minus 11,06 persen.tren negatif tersebut berlanjut pada kuartal III/2020 ekonomi Bali terkontraksi 12,32 persen dan kuartal IV/2020, pertumbuhan ekonomi Bali terkontaksi 12,21 persen.
Angka pengangguran di Bali juga meningkat tajam, dirumahkannya karyawan pariwisata seperti hotel, travel, dan usaha yang berhubungan langsung dengan pariwisata seperti usaha pusat oleh-oleh menyebabkan angka pengangguran di Bali naik drastis. Data BPS menunjukkan jika pengangguran di Bali naik menjadi 144.500 orang. Dilihat dari data per kabupaten Badung sebagai daerah yang bergantung kepada pariwisata mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) yang menyebabkan terciptanya pengangguran baru. Tercatat ada 1.551 pekerja yang di PHK dan 42.409 pekerja yang dirumahkan.
Dari data terebut, sektor ekonomi baru dibutuhkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi baru bali Bali, apalagi angkatan kerja baru di Bali menurut BPPS pada Februari 2020 mencapai 2,5 juta orang yang tentunya membutuhkan lapangan kerja baru selain pariwisata.