Bisnis.com, DENPASAR – Naiknya pengangguran di Nusa Tenggara Barat ikut menjadi pemicu utama bertambahnya angka kemiskinan di NTB pada periode September 2020. Dari data Badan Pusat Statistik NTB pengangguran di NTB naik 4,22 persen pada Agustus 2020 atau naik 0,94 persen dibandingkan pada periode Maret 2020 yang secara presentase berjumlah 3,28 persen.
Kepala BPS NTB Sentono menjelaskan jumlah pengangguran di NTB naik disebabkan dampak dari pandemi Covid-19. “Terdapat 455.560 orang penduduk usia kerja di NTB terdampak pandemi Covid-19. Mereka ada yang menjadi pengangguran karena sudah tidak bekerja lagi, ada yang sementara tidak bekerja, dan dikurangi jam kerjanya,” jelasnya dikutip dari siaran pers, Selasa (16/2/2021)
Dari 455.560 orang yang terdampak tersebut, 28.390 orang menjadi pengangguran akibat sudah tidak bekerja, kemudian 12.660 orang penduduk NTB menjadi bukan angkatan kerja, 35.560 orang yang awalnya bekerja menjadi sementara tidak bekerja, dan 378.850 mendapatkan pengurangan jam kerja.
Baca Juga
Pembatasan kegiatan yang dilakukan pemerintah untuk mencegah penyebaran Covid-19 menjadi pemicu pengurangan jam kerja bagi kelompok pekerja harian. “Kelompok pekerja harian menjadi paling besar terdampak karena adanya pembatasan kegiatan yang dilakukan pemerintah,” jelas Sentono.
Pengangguran menjadi salah satu faktor utama naiknya angka kemiskinan di NTB pada periode September 2020 menjadi 32.110 jiwa. “Naiknya pengangguran di NTB menjadi faktor naiknya kemiskinan” ungkapnya.
Selain pengangguran, naiknya harga bahan pokok menjadi faktor utama lainnya yang meningkatkan kemiskinan di NTB. Pada periode Maret hingga September 2020, BPS menjelaskan sejumlah harga bahan pokok mengalami kenaikan di tengah pandemi Covid-19. Kenaikan harga terjadi pada tahu yang naik 0,93 persen, susu kental manis naik 1,57 persen, minyak goreng naik 1,47 persen, tepung terigu naik 3,61 persen, ikan mujair naik 1,81 persen. (K48)