Bisnis.com, DENPASAR -- Pertumbuhan ekonomi Bali kembali terkontraksi pada kuartal 4/2020 dengan besaran minus 12,21 persen. Dengan realisasi tersebut, setiap kuartal di sepanjang 2020, pertumbuhan ekonomi Bali terpantau selalu negatif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Bali, pada kuartal 1/2020, pertumbuhan ekonomi Bali minus 1,2 persen. Pertumbuhan ekonomi kembali terkontraksi pada kuartal II/2020 dengan besaran minus 11,06 persen. Begitu juga pada kuartal III/2020 dan kuartal IV/2020, pertumbuhan ekonomi Bali terkontaksi masing-masing 12,32 persen dan 12,21 persen.
Kepala BPS Provinsi Bali Hanif Yahya mengatakan pemberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) telah mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Bali sepanjang kuartal IV/2020. Dengan kebijakan PPKM, aturan perjalanan dalam negeri yang akan memasuki Bali harus berbekal uji swab PCR, pengetatan penegakkan protokol kesehatan, dan pelarangan pesta tahun baru.
Baca Juga : Harga Cabai Merah di Bali Naik 8,78 Persen |
---|
Kebijakan tersebut kemudian berdampak pada pembatalan sejumlah wisatawan domestik yang berencana berkunjung ke Bali dan pembatalan booking transportasi udara, hotel dan restoran, maupun tempat destinasi wisata.
"Dampak tersebut memang sangat berpengaruh pada kuartal IV/2020, kami lihat pertumbuhan ekonomi Bali kuartal IV/2020 secara kuartalan memang tumbuh 0,94 persen sedangkan kalau secara tahunan tetap negatif 12,21 persen, dan kumulatif 2020 minus 9,31 persen," katanya dalam paparan via live streaming, Jumat (5/2/2021).
Adapun, pada kuartal IV/2020, indikator PDRB Provinsi Bali atas dasar harga berlaku tercatat senilai Rp55,61 triliun atau naik 1,45 persen dibandingkan periode sebelumnya (quartal to quartal/QtQ). Berdasarkan atas dasar harga konstan tahun 2010 (ADHK), PDRB Bali kuartal IV/2020 tercatat senilai Rp36,74 triliun atau naik 0,96 persen QtQ.
Menurutnya, dari sisi pengeluaran, komponen pengeluaran konsumsi rumah tangga masih mendominasi realisasi PDRB Provinsi Bali kuartal IV-2020. Meskipun demikian, konsumsi rumah tangga mengalami penurunan 4,36 persen qtq secara Atas dasar harga berlaku (ADHB) dan turun sebesar 0,69 persen qtq secara atas dasar harga konstan (ADHK).
Sementara itu, dari sisi lapangan usaha, penyediaan akomodasi makan dan minum masih menjadi yang paling mendominasi struktur PDRB dengan porsi 17,56 persen dari total kontribusi lapangan usaha.
Namun, secara pertumbuhan, lapangan usaha akomodasi makan minum tercatat tumbuh 3,61 persen qtq dan justru tumbuh negatif 31,81 persen secara tahunan (year on year/YoY).
Selain akomodasi makan minum, secara tahunan, yang menjadi penahan laju pertumbuhan ekonomi Bali pada kuartal IV/2020 adalah sektor usaha transportasi dan pergudangan yang tumbuh minus 40,03 persen YoY dan pengadaan listrik dan gas yang tumbuh minus 26,96 persen YoY.
"Sedangkan lapangan usaha lain yang mendorong pertumbuhan ekonomi secara tahunan tidak terlalu besar seperti usaha informasi dan komunasi yang tumbuh 5,43 persen YoY, jasa kesehatan dan kegiatan sosial tumbuh 1,24 persen YoY," sebutnya.