Bisnis.com, DENPASAR - Berawal dari tugas kuliah untuk membuat tempe rasa keju, Benny Santoso kini menjadi pengusaha muda di Bali yang mampu mencetak omzet hingga Rp100 juta per bulannya.
Berbekal ilmu Food and Culinary yang didapatkan saat berada di Sekolah Tinggi Pariwisata Nusa Dua, laki-laki yang akrab disapa Benny ini mulai serius menekuni olahan camilan dari tempe sejak empat tahun lalu dengan modal awal senilai Rp3,5 juta.
Benny menuturkan bahwa selama dua tahun pertama, dia telah membuat tempe organik mentah dengan berbagai rasa dan topping seperti tempe organik mentah rasa keju dengan campuran biji labu yang dibungkus daun pisang atau plastik.
Namun karena tempe mentah organik hanya mampu bertahan selama 7 hari, mulailah muncul ide untuk mengolah tempe agar lebih tahan lama seperti menjadi keripik tempe berbagai rasa serta membuat tepung tempe.
Kemudian, tepung tempe dibuat menjadi protein ball yang dicampur dengan kurma, dan olahan cookies coklat yang saat ini merupakan produk best seller dari brand iniTempe miliknya.
Adapun produk tempe organik mentah dan cemilan tempe ini telah dijual di healthy market dan hotel, restoran, serta kafe yang berada di Pulau Dewata dengan harga mulai dari Rp1.500 - Rp7.000 untuk tempe mentah dan cemilannya sekitar Rp26.000 - Rp37.000.
"Cemilan tempe ini menggunakan perasa alami dan gula merah yang rendah gula sehingga baik untuk kesehatan," tuturnya saat ditemui oleh Bisnis, Senin (18/1/2021).
Benny Santoso dan produk olahannya.
Meski baru berusia 25 tahun, laki-laki asal Kota Solo ini telah mempekerjakan lima orang karyawan di home industrinya. Selain itu, dia juga memilih untuk membeli kedelai lokal dibandingkan kedelai impor dari petani yang berada di daerah Jembrana Bali dan Jawa Barat dengan harga yang lebih tinggi dari pasaran.
Dalam kerja sama dengan petani ini disepakati juga agar proses budidaya dan perlakuan pasca panen dilakukan secara organik. Karena diproses secara organik, Benny mengakui bahwa kedelai lokal hanya mampu bertahan selama delapan bulan dengan catatan, kedelai dikupas saat biji kering dan sering dilakukan penjemuran agar kualitas kedelai tetap terjaga.
"Ini yang kami lakukan untuk membantu petani lokal, kalau bukan kita siapa lagi," jelasnya.
Disinggung mengenai usaha tempe di tengah pandemi Covid-19, Benny mengungkapkan ada penurunan sekitar 30 - 40 persen untuk cemilan tempe. Sedangkan untuk menyiasatinya penurunan penjualan akibat pandemi, selama dua bulan ini Benny mulai merambah marketplace.
Hasilnya juga terbilang mengejutkan, dimana dari penjualan secara daring dapat menyumbang omzet hingga 20 - 30 persen. "Orang sudah terbiasa belanja dari Shopee dan Tokopedia jadi lebih mudah untuk kita jajaki," tambahnya.
Benny berpesan kepada para generasi muda agar jangan takut untuk memulai usaha, serta selalu kreatif dan inovatif.