Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

3 Sektor Penopang Ekonomi Bali Selain Pariwisata Menurut Kemenristek

Berdasarkan hasil kajian Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional RI ada tiga sektor penopang ekonomi Bali selain pariwisata yakni pertanian berbasis komoditas, industri olahan hasil pertanian, dan industri kreatif.
Menristek/Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro/Antara
Menristek/Badan Ristek dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro/Antara

Bisnis.com, DENPASAR -- Berdasarkan hasil kajian Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional RI ada tiga sektor penopang ekonomi Bali selain pariwisata yakni pertanian berbasis komoditas, industri olahan hasil pertanian, dan industri kreatif.

Menteri Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional RI Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro mengatakan ada tiga hal yang dapat mendiversifikasikan perekonomian di Pulau Dewata, pertama pengembangan pertanian berbasis komoditas yang dapat dilakukan dengan membudidayakan tanaman tertentu, seperti buah salak.

"Meski salak Bali sudah terkenal, namun risetnya masih perlu dilakukan. Terlebih dari adanya benih berkualitas, maka akan ada produk yang bermutu baik," tuturnya dalam acara Bakti Inovasi Universitas Udayana Bali, Rabu, (23/12/2020).

Selain itu, dia juga meyakini bahwa Fakultas Pertanian Universitas Udayana mampu membuat salak Bali menjadi berbeda dari daerah lainnya, meski tidak harus menghilangkan biji salak. Namun dapat membuat rasa asamnya berkurang.

Kedua, industri olahan hasil pertanian yakni pembuatan makanan olahan dan industri obat herbal. Menurutnya, industri olahan khususnya obat herbal dapat dikembangkan dalam bentuk jamu, minuman sehat, dan obat herbal terstandar (OHT) yang memiliki prospek baik kedepannya. Terlebih lagi, secara ekonomi sektor manufaktur Indonesia yang paling maju dari industri pengolahan bahan makanan.

"Peluang ini lebih menjanjikan, sebab bahan obat kimia Indonesia masih impor. Sehingga nanti diharapkan bisa digantikan oleh bahan herbal," tambahnya.

Meski demikian, sambungnya, riset obat herbal membutuhkan waktu yang panjang. Karena harus melalui proses ekstraksi, analisa, biofarmaka, dan dua kali uji klinis.

"Karena prosesnya panjang. Maka mulai sekarang harus dilakukan agar tidak terus-terusan impor," jelasnya.

Kemudian yang ketiga, mengembangkan industri kreatif untuk meningkatkan perekonomian masyarakat Bali dengan memanfaatkan digitalisasi dalam industri 4.0.

Dia menegaskan, untuk dapat mengembangkan industri kreatif yang memiliki daya saing, maka harus berpegang pada inovasi yakni design dan development produk, sehingga tidak menutup kemungkinan industri kreatif Bali akan naik kelas atau lebih berkualitas.

"Kestabilan ekonomi dalam pembangunan sangat penting untuk dilakukan, sehingga di Bali tidak hanya bergantung pada pariwisata saja," kata Bambang Brodjonegoro.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Luh Putu Sugiari
Editor : Ajijah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper