Bisnis.com, DENPASAR — Destinasi wisata edukasi merupakan salah satu tujuan wisata yang ditawarkan Pulau Dewata. Salah satu tempat yang dapat menjadi tujuan dalam kegiatan berwisata ini adalah Desa Les yang merupakan tempat produsen garam dengan kualitas tinggi di Bali.
Desa ini berlokasi di Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, dan merupakan salah satu dari 51 desa pesisir yang terdapat di sembilan kecamatan Buleleng.
Desa Les patut menjadi inspirasi dan dikenang kearifan lokalnya karena menaungi masyarakat-masyarakat yang menghargai alam. Kini desa wisata ini merupakan tempat menyelam yang menarik.
Tidak hanya penghasil ikan hias, nelayan di sana juga bekerja keras menghasilkan garam yang sudah diekspor ke Jepang, Australia, dan Amerika.
Pengelola Komunitas Garam Desa Les, Gede Parartha mengatakan jika Desa Les memiliki sekira 23 petani yang berkontribusi memproduksi ratusan ton garam di Kabupaten Buleleng.
Dia menjelaskan proses pembuatan garam diawali dari proses pembersihan lahan dan dilanjutkan dengan membagi lahan menjadi petakan.
“Proses selanjutnya adalah mengisi petakan tersebut dengan air laut. Setelah setengah kering, akan dilakukan proses penggemburan dengan menggunakan alat yang disebut dengan bangkrak hingga kering,” ujarnya Kamis, (10/12/2020).
Tanah yang sudah kering tadi lalu dimasukkan kedalam suatu wadah yang biasa disebut dengan tinjung (suatu alat yang berbentuk seperti Parabola yang terbuat dari anyaman bambu). Selanjutnya tinjung tadi diisi dengan air laut hingga penuh.
Air laut yang sudah disaring dalam tinjung selanjutnya ditampung dalam sebuah tempat penampungan berupa bak yang ada tutupnya .
“Proses selanjutnya adalah menuangkan air laut yang sudah disaring tersebut ke dalam tempat penguapan selama tiga hari sampai air laut benar-benar kering sehingga timbul kristal garam,” lanjut Gede.
Garam yang sudah dipanen ditampung kedalam wadah yang disebut dengan katung untuk ditiriskan sehingga tidak ada lagi air laut yang tersisa/tercampur di dalam garam tersebut dan garam siap untuk dijual atau dipasarkan.
Gede Parartha mengatakan jika petani garam akan memproduksi garam secara besar-besaran saat musim panas, karena garam tidak bisa diproduksi saat musim hujan.
“Sekali panen, petani garam dapat memperoleh 40-50 kilogram garam pertinjung. Total tinjung yang dimiliki desa ini berjumlah 23,” tuturnya.
Diakui Gede, proses pembuatan garam di Desa Les masih sangat tradisional, namun dari segi kualitas, garam dari desa ini dapat bersaing di pasaran. Ditambah lagi, harga dari garam di desa ini sangat terjangkau dengan kisaran harga Rp10.000 per kilogram.