Bisnis.com, DENPASAR - Simpanan masyarakat di PT Bank Pembangunan Daerah Bali dalam bentuk tabungan mengalami penurunan hingga 10,97% pada November 2020 dibandingkan posisi akhir 2019 (year to date/ytd).
Direktur Bisnis Non-Kredit Bank BPD Bali I Nyoman Sumanaya mengatakan hingga November 2020 realisasi simpanan dalam bentuk tabungan di bank adalah senilai Rp9,06 triliun. Penurunan pendapatan yang terjadi di masyarakat membuat kemampuan simpanan ikut terdampak.
Meskipun demikian, BPD Bali masih mencatatkan pertumbuhan giro dan deposito yang masing-masing naik 25,64% ytd dan 35,51% ytd. Nilai giro di BPD Bali per November 2020 adalah senilai Rp3,567 triliun dan deposito Rp9,723 triliun.
Secara total, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) di BPD Bali pun masih bisa tumbuh 11,4% ytd menjadi Rp22,347 triliun. Apabila dilihat secara tahunan, penghimpunan DPK memang tetap naik tetapi cukup tipis yakni tumbuh hanya 0,91%.
"Penerimaan masyarakat turun, jadi tidak ada saving. Pada pemerintah juga turun, terutama PHR, jadi giro pemerintah turun. Penarikan tabungan pasti ada," katanya kepada Bisnis, Senin (7/12/2020).
Sumanaya pun menilai, penurunan tabungan juga berkaitan dengan banyak nasabah yang memindahkan simpanan ke dalam bentuk deposito.
Baca Juga
Saat ini BPD Bali pun sedang menyiapkan sejumlah langkah agar menjaga likuiditas agar tidak mengalami penurunan. Upaya tersebut mulai dari memperbanyak nasabah ritel maupun meretensi nasabah exsisting.
"Kami juga akan mencari potensi-potensi korporasi baru," sebutnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, hingga Oktober 2020, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) perbankan di Bali mengalami kontraksi sebesar 4,10% secara tahunan. Outstanding dana pihak ketiga per Oktober 2020 adalah senilai Rp98,4 triliun dengan nilai penyaluran kredit pada periode yang sama adalah senilai Rp103,88 triliun.
Pada DPK, kontraksi terjadi pada rekening tabungan dan giro yang disebabkan oleh penurunan pendapatan masyarakat serta penurunan transkasi perusahaan. Kondisi ini mencerminkan betapa sulitnya dunia usaha Bali menghadapi pandemi Covid-19.