Bisnis.com, DENPASAR — Koperasi Kerta Semaya Samania Jembrana berhasil mengekspor 12 ton biji kakao fermentasi organik ke Den Haag Belanda.
Kepala Kantor Bea Cukai Denpasar Kusuma Santi Wahyu Ningsih mengatakan jumlah biji kakao yang diekspor dengan PEB Nomor : 174292 pada 17 Oktober 2020 sebanyak satu kontainer 20 feet atau 12 ton. Ekspor atas nama Koperasi Kokoa Kerta Semaya Samaniya bernilai devisa Rp660 juta dikirim melalui pelabuhan Tanjung Perak Surabaya.
Keberhasilan proses ekspor biji kakao ini didukung dengan asistensi Klinik Ekspor Bea Cukai Denpasar, sebab sebelumnya proses eksportasi dilakukan melalui pihak ketiga.
“Asistensi ini bertujuan agar UMKM menyadari bahwa prosedur impor maupun ekspor itu mudah dan UMKM berani ekspor secara mandiri tanpa melalui pihak ketiga,” tuturnya, saat pelepasan ekspor biji kakao fermentasi secara virtual, Senin (19/10/2020).
Lebih lanjut, asistensi yang diberikan ini sebagai bentuk kerja sama dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia dalam langkah pengembangan berkelanjutan komoditi kakao untuk peningkatan kesejahteraan petani Kokoa di Jembrana.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati atau yang akrab disapa Cok Ace turut memberi apresiasi atas pelaksanaan ekspor biji kakao fermentasi karena dilaksanakan di tengah Covid-19.
Baca Juga
Meski perekonomian Pulau ini ditopang dengan sektor pariwisata, lanjutnya, namun dengan adanya ekspor biji kakao menunjukkan sektor pertanian dan perkebunan sebagai sektor penyanding masih tetap eksis.
Cok Ace menegaskan peningkatan nilai tambah produk pertanian seperti pengolahan biji kakao fermentasi dapat menambah semangat masyarakat untuk mengolah lahan pertanian yang dimiliki.
“Saya memberikan apresiasi setinggi-tingginya kepada masyarakat yang masih mempertahankan lahannya, termasuk petani perkebunan kakao di Jembrana,” jelasnya.
Seiring waktu, dia berharap semua pihak terkait turut mendorong agar Bali dapat menjadi sentra perdagangan ekspor kakao di Indonesia. Sehingga pemulihan ekonomi dapat membaik dalam waktu yang tidak terlalu lama.
Ketua Koperasi KSS I Ketut Wiadnyana mengungkapkan pada awal program, tepatnya pada 2019, KSS hanya memiliki satu buyer dengan jumlah produksi biji kakao yang dikirimkan tidak mencapai delapan ton. Namun, saat itu telah pihaknya memiliki 22 list buyer lokal sebanyak 40 persen dan global 60 persen, dengan jumlah produksi per tahun khusus untuk biji kakao organik mencapai 60 ton.
Kemudian pada awal pandemi Covid-19, sambungnya, koperasi KSS kehilangan 3 Purchace Order (PO) sebesar 19.000 kg dari buyer potensial di luar negeri, karena berhentinya proses bisnis para buyer. Usaha koperasi KSS dan Yayasan Kalimajari dengan kelenturan yang tinggi melalui lobi ke para buyer selama tiga bulan di awal masa pandemi, membuat KSS mendapatkan kembali Purchase Order dari para buyer potensial dan penambahan buyer di Belanda (Biji Kakao Trading LTD).
“Eskpor perdana kali ini merupakan hal ketat yang harus kami lalui,” ungkapnya.