Bisnis.com, DENPASAR - Pengusaha hotel di Bali mengatakan hanya bisa bertahan menghadapi beban akibat Covid-19 hanya sampai akhir Mei dan berhadap ada dana talangan untuk menutup operasional selanjutnya.
I Made Ramia Adnyana GM H Sovereign Bali menuturkan, dana tersebut akan dijadikan sebagai capital fund untuk beroperasi sampai kondisi normal. Pasalnya, beban biaya operasional hotel sangat berat, seperti biaya listrik berkisaran 10 persen, biaya payroll atau overhead sekitar 25 persen dan biaya room cost 10 persen. Total biaya tersebut sudah berkisar 45 persen dan belum biaya F&B, sales & marketing dan other expenses.
“Kalau sekarang kerja short promotion tahun depan baru dinikmati, nah dengan adanya normal baru akan lebih sulit lagi karena volume menjadi sangat kecil dan tentunya akan lebih ribet,” katanya, Senin (25/5/2020).
Normal baru akan menjadi next normal yang ujungnya berhulu pada pariwisata berkualitas. Bali merupakan premium produk jadi dengan normal baru diharapkan daya tarik bisa dijual dengan harga premium. Alhasil pariwisata massal yang berfokus pada kuantitas berubah dan tidak lagi bisa dipaksakan dalam era normal baru ini.
Wakil Ketua Indonesian Hotel General Manager Association (IHGMA) Bali Ketut Swabawa menyampaikan penerapan normal ini dengan catatan harus adanya ekosistem yang terintegrasi ketika Pulau Dewata sudah benar-benar dibuka kembali. Sehingga tidak hanya standar hotel yang dibangun, tapi sektor transportasi maupun penyediaan bahan makanan juga harus diberlakukan normal baru.
“Bali tidak tentang industri hotel dan bandara, tapi semua sektor turut berpengaruh dalam normal baru ini,” jelasnya.
Baca Juga
Dia menuturkan penerapan normal baru sudah diprediksi dari 3 – 4 tahun lalu ketika munculnya bom Bali. Hanya saja daerah dengan julukan Pulau Seribu Pura ini belum memiliki time frame yang jelas, sehingga Bali belum siap apabila aktivitas industri ada.
“Awal Juni ini baru akan menyentuh tenaga medis dan logistik, tapi untuk pariwisata SOP belum ditetapkan,” tambahnya.
Menurutnya, jika pemerintah telah menetapkan prosedur dan frame yang jelas untuk kembali di bukanya industri pariwisata dengan konsep normal baru serta memberikan pelatihan pada setiap karyawan. Pihaknya optimistis pada Juli 2020 mendatang sektor ini siap beroperasi.