Bisnis.com, DENPASAR - Sebanyak 53 persen perusahaan melakukan pengurangan jumlah karyawan melalui kebijakan cuti di luar tanggungan dan 8 persen perusahaan menyatakan telah menerapkan PHK bagi pegawai.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Rizki Ernadi Wimanda mengatakan, hasil survei yang dilakukan oleh KPw BI Bali, dunia usaha meyakini pengurangan jumlah pegawai yang diakibatkan oleh virus corona hanya berlangsung sementara waktu hingga berakhirnya pandemi ini.
"Pelaku usaha berpendapat bahwa permintaan akan kembali membaik dalam 6 – 9 bulan sampai akhir tahun 2020," katanya melalui siaran pers, Jumat (22/5/2020).
Menurut Rizki, menurunnya kinerja perkembangan di dunia usaha tersebut juga berdampak kepada kinerja konsumsi masyarakat yang terlihat dari hasil survei konsumen pada April 2020 menunjukkan bahwa Indeks Keyakinan Konsumen saat ini sudah mencapai ke level pesimistis.
"Penurunan cukup dalam terutama untuk persepsi akan kondisi saat ini, dalam hal jumlah penghasilan maupun ketersediaan lapangan kerja," tuturnya.
Sementara itu, penyebaran Covid-19 mengakibatkan penurunan pendapatan masyarakat sebanyak 78 persen dari 200 orang responden.
Ia menjelaskan, menurunnya pendapatan disebabkan oleh menurunnya penjualan serta adanya kebijakan pengurangan jam kerja, gaji dan insentif.
Rizki menyebutkan, penurunan tersebut terutama dialami oleh pekerja di sektor pertanian, jasa pendidikan, dan jasa administrasi pemerintahan, yang selanjutnya direspon dengan menurunkan biaya kebutuhan sehari-hari oleh 61,5 persen responden.
"Responden yang mengurangi biaya kebutuhan sehari-hari terutama yang memiliki pendapatan lebih rendah," tegasnya.
Selanjutnya, besar penurunan tersebut diperkirakan mayoritas sebesar 10 – 30 persen dari pengeluaran sebelumnya. Selain itu, semakin meluasnya penyebaran Covid-19 serta kebijakan School From Home dan Work From Home juga menyebabkan perubahan dalam pola belanja di masyarakat.
Director Consumer Panel Services Mia Triscaha Nielsen Indonesia menyampaikan saat ini masyarakat cenderung untuk mengurangi aktivitas berkunjung ke supermarket serta kegiatan makan di luar rumah.
"Masyarakat mengganti menjadi aktivitas memasak sendiri di rumah serta melakukan pembelian kebutuhan secara online," jelasnya.
Kondisi ini mengakibatkan peningkatan pengeluaran konsumsi rumah tangga untuk telekomunikasi maupun FMCG. Sebaliknya, pengeluaran untuk transportasi, pendidikan, serta wisata, makan di luar mengalami penurunan.