Bisnis.com, KUPANG - Musim hujan tinggal sebulan, petani lahan kering di Nusa Tenggara Timur tidak memungkinkan lagi untuk menanam.
Peneliti Sumber Daya pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT), Dr. Tony Basuki mengatakan, para petani lahan kering di wilayah itu, sudah tidak menanam lagi karena musim hujan diperkirakan tinggal satu bulan lagi.
Alasannya karena jika terjadi akhir musim hujan seperti musim sebelumnya, yang biasanya jatuh pada akhir Maret atau awal April, maka dengan waktu tanam pada pertengahan Februari, maka peluang tanaman jagung yang mulai masuk fase pembungaan mengalami stres hingga menjadi kering, kata Tony Basuki, di Kupang, Kamis.
Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan peluang petani lahan kering di NTT untuk menanam kembali, karena tanaman sebelumnya mengalami gagal panen atau gagal tanam, baik karena dampak dari serangan hama maupun adanya pergeseran musim hujan pada tahun 2019/2020 ini.
"Sesuai dengan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Lasiana, hujan untuk dasarian tiga (antara 20 sampai akhir Februari) cenderung sudah menurun)," katanya seperti dilaporkan Antara, Kamis (27/2/2020).
Karena itu, rekomendasi untuk menanam tanaman pangan seperti jagung atau aneka kacang lainnya di lahan kering yang bergantung curah hujan sulit diimplemtasi, karena juga akan beresiko menghadapi kekeringan, karena diprediksi curah hujan di Maret juga menurun.
Dalam hubungan dengan itu, dia mengatakan, pemerintah sebaiknya tidak menganjurkan petani untuk menanam ulang dengan menawarkan bantuan bibit, karena musim hujan secara normal tinggal 1,5 bulan lagi.
"Kalau sudah bulan Februari, tidak bisa tanam ulang karena hujan sudah tinggal 1,5 bulan," katanya.
Mengenai solusi, dia mengatakan, pemerintah dapat pengendalian hama ulat grayak yang saat ini menyerang tanaman jagung petani, dengan fokus pada tanaman yang masih sehat, sehingga bisa berproduksi.