Bisnis.com, DENPASAR — Bali sebagai destinasi wisata dunia membutuhkan riset promosi pariwisata yang baik untuk terus meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan.
Ketua Bali Tourism Board (BTB) Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengatakan, riset tersebut dilakukan untuk membantu memprediksi kebutuhan pasar pariwisata ke depan di era 4.0 di mana faktor teknologi menjadi faktor pendukung utama.
Kata dia, riset tersebut sebaiknya harus dilakukan oleh lembaga independen di bidangnya yang dalam hal ini tentu para pelaku industri pariwisata itu.
Beberapa manfaat riset ini diantaranya, pertama, sebagai acuan program promosi pariwisata kepada negara yang sudah menjadi sekla prioritas misalnya Amerika, Cina, Jepang Eropa dan Prancis. Dari sini, kita bisa mengindentifikasi penurunan wisatawan dari negara-negara tersebut.
Kedua, untuk mengetahui update trend market sasaran khususnya persepsi dan perilaku mereka saat berlibur di Bali. Karena tamu setiap negara berbeda keinginannya. Misalnya wisatawan China menyukai wisata belanja, padahal secara update saat ini mereka lebih menyukai wisata bahari.
"Namun harus dicari tamu yang berkualitas dengan spending tinggi agar berdampak positif bagi pariwisata Bali" ujar Adyanya saat ditemui di Denpasar, (4/9/2019).
Baca Juga
Ketiga, manfaat dari riset ini bisa menjadi panduan bagi industri untuk merancang strategi pemasaran ke negara prioritas sesuai target wisatawan yang ingin diajak ke Bali.
Kata dia, nantinya hasil strategi pariwisata tersebut bisa di share kepada para pelaku industri pariwisata di Bali untuk menyiapkan kebutuhan baik infrastruktur dan destinasi yang ingin dikunjungi oleh calon wisatawan tersebut.
Keempat, adalah anggaran promosi pariwisata, di mana dengan hal ini nantinya anggaran promosi yang dikeluarkan sesuai dengan targetnya.
Kelima adalah evaluasi, di mana hal ini tidak kalah penting untuk mengoreksi kegiatan promosi yang sudah dilakukan disetiap tahunnya.
“Jika pemerintah benar-benar ingin melakukan riset tersebut, kami dari BTB siap untuk diajak berkontribusi. Namun yang saya lihat selama ini pemerintah tidak pernah melakukannya,” tidak ujarnya.
Plt Kepala Dinas Pariwisata Bali Putu Astawa menegaskan, pihaknya sebenarnya sudah melakukan riset promosi di bidang pariwisata. Meski dia mengakui riset tersebut tidak dilakukan secara mendalam.
Oleh sebab itu, kata Astawa kedepan akan dilakukan riset yang lebih mendalam dengan dilakukan bersama-sama antara pemerintah, pelaku pariwisata dan akademisi. Karena bagaimanapun juga kata Astawa, akademisi juga memiliki riset internal didalamnya tentang promosi pariwisata.
“Dari potensi itulah kemudian kita analisis kemana arah promosi pariwisata yang cocok untuk Bali," ujarnya.
Bali sebagai destinasi wisata dengan kekayaan alam melimpah sejatinya harus dipromosikan dengan sebaik mungkin. Karena, tantangan pariwisata ke depan semakin kompleks di tengah era Industri pariwisata 4.0.
Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kantor Perwakilan Bali, Kunjungan wisatawan ke Bali pada Juli 2019 tercatat mencapai 604.493 kunjungan. Kondisi ini mengalami kenaikan sekitar 9,96% jika dibanding dengan bulan Juni 2019 (mtm). Dan bila dibandingkan Juni tahun 2018 year on year (yoy) kondisi tersebut mengalami penurunan sekitar -3,18%.
Dari data tersebut, diketahui wisman yang paling banyak datang ke Bali diantaranya Australia sekitar 20,40%, Tiongkok sekitar 18,53%, India sekitar 4,92%, Inggris sekitar 4,72%, dan Prancis sebanyak 4,44%.