Bisnis.com, LOMBOK TENGAH --Pengembangan daerah wisata harus dilihat secara luas dan tidak melulu mengenai pengembangan kawasan destinasi. Pengembangan industri penunjang pun penting disiapkan daerah agar destinasi wisata juga memiliki nilai tambah yang lain.
Kawasan Mandalika yang disiapkan untuk menjadi destinasi Bali Baru pun perlu harus siap dengan industri penunjang tersebut.
Kementerian Perindustrian melalui Direktorat Jenderal Industri Kecil Menengah dan Aneka menangkap peluang terhadap pengembangan sektor pariwisata dengan turut mengembangkan sektor industri di daerah-daerah wisata.
Adapun pembinaan yang dilakukan adalah dalam bentuk pengembangan sentra, pengembangan produk, serta penumbuhan wirausaha baru Industri Kecil Menengah.
Dirjen Industri Kecil Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih mengatakan, pembinaan yang dilakukan berupa bimbingan teknis, pendampingan serta fasilitasi mesin dan peralatan pada komoditas rumput laut, anyaman ketak, kerajinan kerang, perbengkelan roda dua, serta reparasi AC.
"Semua yang memerlukan proses produksi itu akan menjadi binaan kami dan kementerian melihat Nusa Tenggara Barat memiliki potensi dalam pengembangan sektor industri khususnya yang menunjang sektor pariwisata,” ujar Gati di Lombok Tengah, Kamis (1/8/2019).
Baca Juga
Berdasarkan hal tersebut Ditjen IKMA melaksanakan program pengembangan IKM yang mendukung kawasan destinasi wisata atau 10 bali baru yaitu pendampingan teknis produksi dan desain kerajinan.
Menurut arahan Presiden tentang Pariwisata dan arahan Presiden pada Sidang Kabinet Awal Tahun pada 4 Januari 2016 telah menetapkan 10 destinasi wisata prioritas yang dikenal dengan istilah 10 Bali Baru.
Dari 10 destinasi prioritas tersebut, terdapat 4 destinasi wisata yang mendapatkan percepatan pembangunan dan menjadi super prioritas yaitu Mandalika, Danau Toba, Borobudur, dan Labuan Bajo.
Di samping itu, Mandalika juga telah ditetapkan sebagai Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 52 Tahun 2014.
Lombok juga dinilai memiliki beberapa komoditas kerajinan dan sandang unggulan yang bisa dikembangkan menjadi souvenir berupa kerajinan mutiara, gerabah, anyaman ketak, kerajinan kerang, dan tenun.
Menurut Gati, sentra anyaman ketak termasuk sentra yang sesuai untuk dikembangkan dengan pendekatan OVOP (One Village One Product).
Konsep tersebut merupakan upaya untuk menghasilkan suatu produk yang bersifat unik khas daerah dengan memanfaatkan sumber daya lokal, yang dipadu dengan seni budaya, sebagai kreasi dan inovasi bernilai tambah tinggi.
Potensi lain yang dimiliki NTB khususnya Lombok adalah rumput laut. Lombok termasuk dalam 10 besar sentra budidaya rumput laut Indonesia yang memiliki potensi areal budidaya rumput sekitar 22.270 hektare dengan produksi 972.148 ton.
Tidak hanya bidang produksi kerajinan dan kuliner yang mendapat perhatian. Fasilitasi pun diberikan berupa mesin dan peralatan untuk IKM reparasi AC dan perbengkelan.
"Kalau nanti banyak hotel, banyak restoran tidak mungkin tidak perlu reparasi AC kan. Nah, jangan sampai ketika nanti butuh tenaga kerjanya diambil dari Pulau Jawa. Karena itu masyarakat lokal kita siapkan untuk itu,” ujar Gati.
Bantuan fasilitas dan peralatan yang diberikan kepada tiga kabupaten dan satu kota di Pulau Lombok ini bernilai sekitar Rp1,2 miliar.