Bisnis.com, DENPASAR — Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kemendikbud menggandeng Bentara Budaya Bali dan Sehati Films menggelar lokakarya video art, 21-24 Maret 2019.
Pengelola Bentara Budaya Bali Warih Wisatsana mengatakan lokakarya ini merupakan salah satu upaya memperkenalkan ragam video art, kreativitas, dan kerja seni, berikut penggalian wacana dalam konteks yang lebih luas.
“Kami berharap peserta lokakarya menemukan perspektif baru di tengah penggunaan video dan teknologi canggih semata hanya untuk memuaskan gaya hidup dan hal-hal yang cenderung tidak kreatif,” katanya, Rabu (20/3/2019).
Menurut Warih berangkat dari kesadaran bahwa media-media modern audio-visual, terlebih televisi, media online, cenderung lebih menyuguhkan realitas imajiner, dunia rekaan yang seakan-akan lebih nyata dari kenyataan yang sebenarnya.
Tak heran, bila citraan-citraan semu ini ‘mencekam’ sebagian masyarakat dengan aneka peristiwa rekayasa yang manipulatif atau ‘hoax’, dipenuhi sosok-sosok ‘fiktif’ yang tiba-tiba menjadi figur-figur publik, serta hal-hal sebaliknya—di mana tokoh dan pelaku sesungguhnya malah terpinggirkan, tak memperoleh pemberitaan yang adil dan semestinya.
Kata dia editing dan framing yang tak akurat, membuahkan sederet gambar yang bersifat mimikri dan cenderung mengelabui, mungkin elok dan molek, namun sesungguhnya berlebihan. Giliran berikutnya, karena tampil berulang secara ritmis dan sugestif, gambar-gambar itu seolah menjelma mantra yang lambat laun ‘menyulap’ penonton— terutama pemirsa televisi, pengguna dunia maya dan gawai—dari sang subyek yang merdeka berubah menjadi obyek yang tersandera.
“Tanpa kontrol publik yang berarti, media-media tersebut seringkali terbawa hanyut ke dalam pusaran realitas virtual ciptaannya sendiri, entah karena pertimbangan rating atau perolehan iklan, akhirnya tergelincir menjadi media partisan yang tak jelas juntrungannya,” tuturnya.
Lokakarya kali ini berfokus pada pembekalan dan praktik seputar video editing, estetika video art, dan kolaborasi intermedia dengan menghadirkan narasumber Bandu Darmawan (seniman visual dan video art), I Wayan Kun Adnyana (kurator, dosen FSRD ISI Denpasar) dan Hanne Ara (sutradara, editor).
Selain itu, hadir pula perupa Nyoman Erawan yang akan berbagi perihal pengalamannya sebagai seorang kreator yang kerap kali mengaplikasikan seni multimedia atau video art dalam bidang seni rupa.
Ia berharap workshop ini dapat mengakomodasi dan mengtransformasikan potensi dan minat publik pada seni media sekaligus menjadi media pengenalan dan perluasan pengetahuan dan praktik seni media di kalangan dunia pendidikan.
Direktur Kesenian Ditjen Kebudayaan Restu Gunawan menaruh perhatian khusus terhadap eksistensi seni media sebagai bentuk ekspresi seni masa depan.
Kata dia kegiatan lokakarya ini sejalan dengan agenda strategis dalam rangka meningkatkan peran pemerintah sebagai fasilitator pemajuan kebudayaan, terutama dalam hal meningkatan kapasitas sumberdaya manusia bidang kebudayaan.
Menurutnya diperlukan upaya secara terus menerus untuk memberi ruang ekspresi dan ruang presentasi bagi para praktisi seni media, diimbangi dengan menumbuhkan dan meningkatkan daya apresiasi masyarakat terhadap karya seni media dalam berbagai penciptaan.