Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gunung Agung Meletus Dua Kali Sore Ini

Gunung Agung meletus dua kali pada Senin (21/1/2019) sore tepatnya pada pukul 16.45 WITA dan 17.00 WITA dengan kolom abu tidak teramati.
Wisatawan mancanegara berfoto dengan latar belakang keindahan terasering sawah di obyek wisata Ceking Terrace, Gianyar, Bali, Jumat (28/12/2018). Obyek wisata di Bali kini padat pengunjung karena liburan panjang Hari Natal, Hari Galungan dan Kuningan serta tahun baru, sehingga ditargetkan memberi dampak positif setelah sempat anjlok tahun lalu akibat erupsi Gunung Agung./Antara-Nyoman Hendra Wibowo
Wisatawan mancanegara berfoto dengan latar belakang keindahan terasering sawah di obyek wisata Ceking Terrace, Gianyar, Bali, Jumat (28/12/2018). Obyek wisata di Bali kini padat pengunjung karena liburan panjang Hari Natal, Hari Galungan dan Kuningan serta tahun baru, sehingga ditargetkan memberi dampak positif setelah sempat anjlok tahun lalu akibat erupsi Gunung Agung./Antara-Nyoman Hendra Wibowo

Bisnis.com, DENPASAR – Gunung Agung meletus dua kali pada Senin (21/1/2019) sore tepatnya pada pukul 16.45 WITA dan 17.00 WITA dengan kolom abu tidak teramati.

Adapun letusan pada pukul 16:45 WITA terekam pada seismogram dengan amplitudo maksimum 22 milimeter dan durasi kurang lebih 1 menit 52 detik. Sementara, erupsi pada pukul 17.00 WITA terekam pada seismograf dengan amplitudo maksimum 23 milimeter dan durasi kurang lebih 1 menit 17 detik. Saat kedua letusan terjadi kolom abu tidak teramati karena visual gunung yang tertutup kabut.

Kepala Subbidang Mitigasi Pemantauan Gunung Api Wilayah Timur PVMBG Devy Kamil Syahbana mengatakan hujan adalah satu faktor yang bisa mempengaruhi aktivitas gunung api. Selain, adanya gempa tektonik, efek tidal, dan lainnya.

Dia mencotohkan, hujan pernah menyebabkan destabilasi kubah lava Gunung Merapi. Air hujan yang masuk ke dalam sistem vulkanik berinteraksi dengan magma yang panas dan memicu terjadinya hembusan bahkan letusan.

Walaupun demikian, hujan hanya menjadi pemicu. Erupsi tetap dipengaruhi tekanan dalam perut gunung. Jika lapisan penutup atau atas gunung tidak mampu menahan tekanan ini, maka erupsi akan terjadi.

“Namun demikian, perlu diingat bahwa bukan hujan yg menyebabkan erupsinya, tapi memang karena ada kelebihan tekanan di dalam tubuh gunungnya sehingga erupsi terjadi, adapun hujan hanya menjadi faktor trigger dari luar,” katanya, Senin (21/1/2019).

Devy menjelaskan erupsi masih berpotensi terjadi namun dengan eksplosivitas yang masih rendah. Hal itu yang menyebabkan status gunung masih berada di level III atau siaga. Apalagi, aktivitas gunung sendiri tidak bisa diprediksi.

Masyarakat di sekitar Gunung Agung diharapkan tidak melakukan pendakian dan tidak melakukan aktivitas apapun di Zona Perkiraan Bahaya yaitu di seluruh area di dalam radius 4 km dari Kawah Puncak Gunung Agung.

“Kalau data mengindikasikan bahwa potensi ancaman bahayanya dapat meluas melebihi 4 kilometer maka rekomendasi akan diperluas, namun sampai saat ini belum ada indikasi ke arah sana,” katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler