Bisnis.com, DENPASAR – Conservation International Indonesia menyiapkan konsep nyegara gunung berupa model pendekatan hulu hilir untuk menangani permasalahan sampah dan lingkungan di Pulau Dewata.
Manajer Jaringan Conservation International (CI) Indonesia I Made Iwan Dewantama mengatakan nyegara gunung merupakan konsep yang menjadikan laut dan gunung sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Konsep ini mendorong adanya integrasi antara hulu yakni gunung dan hilir atau laut dalam mengatasi masalah sampah dan lingkungan.
Menurutnya, adanya sampah di pesisir disebabkan manajemen yang buruk dari hulu. Dalam mengatasi masalah sampah di pesisir harus dimulai dari pangkal yakni daerah pegunungan.
Misalnya, sampah yang ada di sungai perkotaan seperti Denpasar dan Badung tidak hanya disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang buruk di wilayah tersebut. Melainkan juga dipengauruhi oleh kiriman sampah dari hulu pegunungan.
“Kalau tidak dibangun konektivitasnya bagaimana Denpasar bisa mengatasi masalah sampah di Tukad Badung tanpa memulainya dari hulu,” katanya, Senin (21/1/2019).
Baca Juga
Saat ini, CI sendiri menjadikan dua daerah di Karangasem, Bali sebagai pilot project konsep nyegara gunung ini.
Dua desa itu yakni Dukuh dan Tulamben dengan lokasi yang bersebelahan. Dukuh sendiri terletak di daerah pegununungan sementara Tulamben merupakan daerah pesisir.
Menurutnya, selama ini Tulamben mendapat keuntungan dari lestarinya hutan di Dukuh berupa kaya akan mata air. Kondisi ini telah mendorong berkembangnya pariwisata di Tulamben. Sebaliknya, Dukuh tetap sebagai daerah terpencil tanpa kunjungan wisatawan.
Di dua desa tersebut, CI mengembangkan pengelolaan sampah kolaborasi dalam satu kawasan dan tidak secara mandiri pada masing-masing daerah.
“Sekarang bagaimana desa Tulamben mengalokasikan pendapatan dari pariwisata untuk menjaga hulu yakni Dukuh itu yang kita coba bangun lewat pengelolaan sampah yang kita padukan,” katanya.