Bisnis.com, DENPASAR – Pertumbuhan konsumsi listrik di Bali diprediksi hanya mencapai 3,5% hingga akhir 2018 atau lebih rendah dari target yang seharusnya 8%.
General Manager PLN Unit Induk Distribusi (UID) Bali Nyoman Suwarjoni Astawa mengatakan pertumbuhan konsumsi listrik di Bali adalah sebesar 11% pada 2016. Namun, pada 2017, menurun menjadi minus 0,05%.
Adapun hingga November 2018, pertumbuhan konsumsi listrik di Bali hanya mencapai 3,4%.
Dia memprediksi hingga akhir tahun ini, pertumbuhan konsumsi listrik berkisar 3,5% saja. Pertumbuhan yang di bawah target ini menunjukkan fixed cost yang dikeluarkan PLN selama 2018 cukup tinggi.
“Growth kami hanya 3,5%, itu sudah cukup baik,” tutur Suwarjoni, Kamis (20/12/2018).
Saat ini, rasio konsumsi listrik di Bali sebagian besar adalah pada rumah tangga dengan persentase 82%. Disusul oleh pelaku bisnis 11%, layanan khusus 3%, sosial 2,6%, pemerintah 0,6%, dan industri 0,08%.
Menurutnya, masyarakat Bali cenderung melakukan penghematan listrik. Selain itu, pertumbuhan industri di Bali dinilai tidak sebesar 2-4 tahun lalu.
Adanya pertumbuhan konsumsi setidaknya disebabkan oleh adanya pelanggan baru.
“Yang membuat tinggi itu kalau industri tumbuh, terutama industri manufaktur besar,” ungkap Suwarjoni.
Meski secara keseluruhan, pertumbuhannya terbilang rendah, tapi ada daerah yang ternyata menunjukkan situasi sebaliknya. Di Nusa Penida, konsumsi listrik justru meningkat hingga di atas 8%.
Saat ini, ada 7 unit mesin Pembangkit Listrik Tenaga Diesel (PLTD) berbahan bakar Marine Fuel Oil (MFO) di Nusa Penida yang mampu memproduksi hingga 11 MW listrik dengan beban puncak 7,4 MW.