Bisnis.com, DENPASAR—Pemkab Karangasem bertekad mengembangkan 190 desa wisata untuk menarik kunjungan wisatawan dan memeratakan aktivitas pariwisata Bali ke wilayah timur.
Penyelenggaraan Karangasem Word Cultural Village Festival di Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem yang berlangsung Jumat_Minggu (23-25/11/2018) merupakan salah satu pemantik untuk membangun desa wisata dan pariwisata berbasis komunitas.
Bupati Karangasem I Gusti Ayu Mas Sumatri mengatakan pengembangan desa wisata ini akan mengacu ‘destination branding’ yang sedang digalakkan yakni ‘Karangasem, The Spirit of Bali’.
"Saya berharap 190 desa yang ada semuanya bisa dikembangkan menjadi desa wisata untuk memajukan Karangasem," katanya di sela-sela festival.
Kata dia dengan branding tersebut Karangasem mengklaim bahwa nilai-nilai yang orisinil mengenai Bali masih bisa dilihat, dirasakan, dan ditemukan di kabupaten ini.
Dalam rancangan pemkab, program pengembangan pariwisata dikemas secara populer dengan mengkomunikasikan penggalian, pengelolaan, dan pengembangan aset serta potensi Karangasem sebagai sebuah destinasi.
Baca Juga
Sedangkan penggarapannya antara lain melalui pengelolaan sumber daya (resources management), pengembangan produk (products development), dan tata kelola destinasi (destination management).
Karangasem memiliki banyak potensi yang bernilai insani, spiritual, ekologis, alam, seni budaya, warisan budaya, dan petualangan yang selama ini belum terekspos.
Penggarapan melalui desa wisata ini diharapkan bisa menggapai pariwisata kreatif dan bertanggung jawab melalui pengalaman istimewa (experiencing special moments) yang memadukan proses melihat, menikmati, mengalami, berinteraksi, berpartisipasi, dan belajar.
Festival ini juga merupakan salah satu upaya untuk mendorong pelestarian warisan budaya melalui perayaan yang berdimensi pewacanaan, dialog, pentas, dan pameran serta apresiasi. Tema festival, ‘Weaving Identities Celebrate Culture’, diharapkan menjadikan kekayaan budaya sebagai suatu keniscayaan bagi pembentukan identitas.
Selain masyarakat adat dan desa budaya di Karangasem, festival ini juga dihadiri entitas desa adat dari Mentawai, Kasepuhan Ciptagelar, Baduy, Kampung Naga, Rancakalong, Dayak, Sumba, dan Flores . Ada pula perwakilan masyarakat adat dari Maori (New Zealand), Aborigin (Australia), Khmu (Laos), dan Jepang.
Tenaga Ahli Menteri Pariwisata Bidang Pemasaran dan Kerjasama Pariwisata I Gde Pitana mengatakan Karangasem Word Cultural Village Festival sangat unik dan eksotik karena dilaksanakan di kampung dan memanfaatkan bangunan bambu bekas upacara keagamaan.
Ia pun memaparkan memori masa kecil minum dengan menggunakan ‘kele’ atau potongan bambu yang difungsikan sebagai gelas, sedangkan meja untuk meletakkan kudapan memakai ‘guwungan’ atau kurungan ayam.
Atraksi wisata yang memberdayakan potensi desa ini menjadi suatu kemasan yang menjadi daya tarik wisatawan. “Saya terkenang masa kecil menjumpai suasana yang akrab dan egaliter seperti itu,” katanya.