Bisnis.com, DENPASAR—Ketua DPP Asita Asnawi Bahar mendesak aparat berwenang menindak tegas oknum-oknum yang terlibat dalam praktik “jual beli kepala” wisman China di Bali.
Pihaknya juga mendesak usaha yang dijalankan pihak-pihak dalam praktik "jual beli kepala" ditutup jika melanggar ketentuan. Menurutnya, kehormatan negara harus ditegakkan dalam masalah ini sehingga tidak ada lagi praktik ilegal yang merugikan turis China dan citra pariwisata Bali.
“Kita harus tegakkan kehormatan. Di Thailand juga ditangkapi, kalau enggak akan rugikan nama besar Bali. Saya sarankan kalau tidak penuhi ketentuan ya tutup [usahanya],” tutur Asnawi dalam FGD Turis Pasar Tiongkok di Kuta, Kamis (25/10/2018).
Asnawi menegaskan anggota Asita Bali yang fokus melayani wisman China hanya sekitar 14 perusahaan. Jika dari perusahaan-perusahaan tersebut ada yang tidak mengikuti aturan dan terlibat praktik "jual beli kepala" Asnawi menyarankan agar perizinannya dicabut.
Dia menuturkan pariwisata Bali harus dilindungi dari ancaman kerusakan yang dilakukan segelintir orang asing. Ditegaskan Asnawi praktik "jual beli kepala" itu harus segera dihentikan karena mengancam nama Bali di China.
Jangan sampai terjadi, citra Pulau Dewata rusak akibat ulah pengusaha nakal yang melakukan praktik jual beli tidak terpuji serta menipu wisatawan asal China.
“Kalau nanti dibiarkan yang terjadi kemudian Bali dinilai sebagai daerah penipu. Ini yang harus ditegakkan,” paparnya.
Sangat aneh menurutnya, apabila jumlah kunjungan turis ke destinasi wisata ini terus meningkat. Akan tetapi, pendapatan daerah seperti Kabupaten Badung justru turun karena dugaan tidak ada pemasukan dari transaksi wisman China.
Wacana "jual beli kepala" turis China marak di Bali. Praktik ini diduga dilakukan agen wisata di China dengan usaha sejenis di Bali.
Dalam praktiknya, turis China bisa membeli paket wisata ke Bali dengan harga murah. Namun, ketika di Bali, mereka diajak berbelanja ke toko-toko yang berafiliasi dengan agen wisata tersebut .
Tidak hanya berbelanja, mereka juga menipu turis China dengan produk-produk yang diklaim dari Bali walau sebenarnya buatan China.