Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kasus Jual-Beli Kepala Turis China, Momentum Benahi Pariwisata Bali

Mencuatnya kasus jual-beli kepala dalam paket wisata murah dari China merupakan momentum bagi para pemangku kepentingan untuk berbenah dan serius mewujudkan pariwisata berkualitas.
Turis asal China/spraguephoto.com
Turis asal China/spraguephoto.com

Bisnis.com, DENPASAR—Mencuatnya kasus jual-beli kepala dalam paket wisata murah dari China merupakan momentum bagi para pemangku kepentingan untuk berbenah dan serius mewujudkan pariwisata berkualitas.

Ketua Kadin Bali Anak Agung Nurah Alit Wiraputra mengatakan praktik ‘jual-beli kepala’ harus segera diakhiri karena telah menurunkan kepercayaan wisatawan China dan merugikan destinasi Bali.

“Kita perlu memetik hikmah dari prakti ini bahwa semua komponen untuk semakin serius menggarap pasar wisatawan berkualitas,” katanya, Selasa (23/10/2018).

Alit yakin pangsa wisatawan China yang kini mendominasi kunjungan ke Bali tetap bisa digarap dengan baik meskipun dipatok harga standar seperti halnya wisatawan mancanegara lainnya.

Ia mengatakan telah mengamati sejak lama praktik jual beli kepala yang membuat paket wisata Bali dijual dengan harga sangat rendah. 

Selama 8 bulan ini ia juga intens berinteraksi dengan Bali Liang yang memiliki anggota 86 biro perjalanan untuk mencari jalan keluar masalah ini. Bali Liang adalah yakni komite yang menggarap pasar China di bawah naungan Asita Bali.

Ia menyebut sejak 3 bulan lalu anggota Bali Liang enggan bekerja sama dengan biro perjalanan asal China yang selalu menekan harga untuk mendapatkan margin demi menutup biaya operasional paket wisata murah.

Kadin Bali pun berhati-hati mempelajari masalah ini untuk mendapatkan solusi terbaik agar Bali tidak diobral lagi.

Ketika masalah ini mencuat karena adanya kesepakatan 3 pengusaha pemilik 18 toko yang merupakan jaringan biro perjalanan dari China, Kadin berencana segera menggodok formula untuk membantu penanganan masalah ini.

Ia bakal melibatkan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) untuk merangkul toko-toko tersebut agar mengikuti aturan tata niaga yang berlaku di Indonesia.

Sedangkan untuk ketenagakerjaan bisa melibatkan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) yang terkait dengan bidang tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper