Bisnis.com, MATARAM -- Ada cara unik yang dilakukan Sukarno (44) untuk mengenang gempa Lombok yang terjadi pada Agustus 2018.
Rumah Sukarno yang berada di Desa Bug-bug, Kecamatan Lingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat (NTB), rata dengan tanah akibat gempa 6,4 SR yang melanda wilayah tersebut pada Kamis (9/8/2018).
Sejak kejadian itu, dia dan keluarganya harus tinggal di tenda pengungsian. Lebih dari dua bulan usai gempa, belum ada kejelasan soal bantuan dana stimulan yang dijanjikan pemerintah untuk dirinya.
Dari hasil pendataan pemerintah desa, namanya tidak tercantum sebagai calon penerima bantuan meski rumahnya masuk dalam kategori rusak berat.
"Nama saya tidak masuk daftar, ingin protes juga, ada rasa ketidakadilan, verifikasi tidak masuk itu yang saya sesalkan," ujar Sukarno, Selasa (16/10).
Namun, dia mengaku tidak ingin berlama-lama larut dalam kekecewaan dan tidak lagi berharap pada bantuan pemerintah. Bersama teman-teman sesama pendaki Gunung Rinjani, Sukarno membersihkan puing bangunan rumahnya akibat gempa.
Uniknya, rumah yang dibangun bukan rumah biasa. Model rumah mengusung konsep rumah terbalik.
Menurutnya, hal ini menjadi penanda bahwa manusia tetap harus bersyukur kepada Tuhan dan menjadikan musibah sebagai sebuah ujian untuk meningkatkan ketakwaan.
"Ya sengaja model seperti ini, kami sebut rumah sujud karena posisi rumah seperti sedang bersujud," jelas Sukarno.
Dia memang sengaja membuat konsep rumah yang menarik. Konsep unik ini diharapkan bisa menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan.
Sukarno memiliki harapan, warga sekitar mau mengikuti langkahnya membangun rumah dengan konsep serupa. Ide pembangunan rumah terbalik, terangnya, dibantu sang kakak, Subhan, yang memiliki kemampuan dalam hal arsitektur.
"Kami coba cari yang paling sederhana, buat miniatur dulu lalu konsultasikan ke tukang," ujar Sukarno.
Dia mengaku menghabiskan sekitar Rp50 juta untuk membangun rumah terbalik tersebut. Rumah seluas 6x5 meter tersebut dikerjakan sekitar tiga pekan.