Bisnis.com, JAKARTA — Produsen beton pracetak yang terlibat dalam rekonstruksi pascagempa Lombok, Nusa Tenggara Barat, bakal meningkatkan kapasitas produksi secara bertahap sesuai dengan kebutuhan material.
Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pracetak dan Prategang Indonesia (AP3I), Wilfred Singkali mengatakan bahwa asosiasi bisa memproduksi material beton pracetak untuk 10.000 rumah per bulan. Namun, saat ini kapasitas belum mencapai titik optimal.
"Peningkatan kapasitas direncanakan dilakukan bertahap sesuai dengan perkembangan kebutuhan di Lombok," jelasnya kepada Bisnis.com, baru-baru ini.
Pembangunan rumah instan sederhana sehat (risha) sudah teruji di berbagai rekonstruksi pascabencana, misalnya, rekonstruksi rumah pascagempa dan tsunami di Aceh dan Nias pada 2014, gempa Yogyakarta (2006), dan erupsi Gunung Sinabung (2015).
Pembangunan rumah dengan teknologi ini bisa dilakukan dengan cepat karena menggunakan panel terurai (knock down). Selain itu, biaya pembangunan dan material relatif terjangkau dan bisa dimodifikasi menjadi bangunan dengan aneka fungsi. Teknologi ini juga sudah teruji tahan terhadap guncangan gempa.
Wilfred mengatakan bahwa AP3I terlibat dalam rekonstruksi pascagempa dengan menyediakan material untuk risha.
Baca Juga
Dia mengakui bahwa waktu rekonstruksi yang ditetapkan selama 6 bulan menjadi tantangan. Namun, dia yakin bahwa kapasitas yang dimiliki para produsen bisa mengatasi tantangan tersebut.
Di sisi lain, AP3I belum akan memasok material untuk rekonstruksi pascabencana di Palu dan sekitarnya.
Wilfred menyebutkan bahwa pemerintah masih memprioritaskan evakuasi korban dan normalisasi infrasruktur. Di samping itu, inventarisasi pada rumah yang rusak juga masih berjalan.