Bisnis.com, BADUNG – Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman melepas secara perdana ekspor bibit ayam petelur (DOC) dari Bali sebanyak 17.340 ekor ke Timor Leste.
Amran sendiri mengapresiasi industri pembibitan ayam di Desa Tuwed, Kecamatan Melaya, Kabupaten Jembrana milik PT. Charoend Pokhpan Indonesia (CPI) yang mampu melakukan ekspor perdana senilai US$9.435 itu.
Ini merupakan pengiriman awal dari total rencana sekitar 35.000 ekor senilai USD 19.425 selama 2018.
Sebelumnya, pada pertengahan 2018 lalu, daerah lain di Indonesia juga berhasil ekspor 10.000 ekor bibit ayam pedaging (DOC FS Broiler) ke Timor Leste. Dengan kondisi ini, pihaknya pun menarget ekspor produk ini bisa mencapai 97.500 ekor dengan nilai US$2.650 sampai Desember 2018 nanti.
Pada kesempatan tersebut Amran juga melepas ekspor pakan ternak ke Timor Leste sebanyak 365 ton senilai US$182.375. Sehingga nilai total ekspor keseluruhan ke Tomor Leste pada tahun ini sebanyak USD 254.450.
“Usaha Indonesia untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, sekaligus kemampuan untuk memenuhi standar dan aturan internasional adalah kunci bagi produk pertanian kita untuk bisa tembus ke pasar Internasional. Ekspor pertanian Indonesia saat ini adalah bukti bahwa petani dan peternak kita mampu memenuhinya,” katanya, Kamis (6/9/2018).
Menurut dia, tren peningkatan ekspor hewan hidup ini membuktikan keseriusan Indonesia dalam menerapkan sistem biosekuriti berbasis kompartemen bebas penyakit flu burung atau Avian Influenza (AI).
Sistem ini merupakan jaminan dalam kesehatan hewan yang diterapkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan Hewan (Ditjen PKH), Kementerian Pertanian dengan melakukan sertifikasi bagi perusahaan yang akan melakukan ekspor.
Amran menginstruksikan jajaran Karantina Pertanian di seluruh pelabuhan, bandara, kantor pos dan pos lintas batas negara untuk tingkatkan pengawasan lalu lintas produk pertanian.
Dia mengingatkan produk pertanian punya standar khusus dalam perdagangan internasional, bahkan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) mengeluarkan mekanisme terkait Sanitary and Phytosanitary (SPS) dengan tujuan menjaga manusia, hewan, dan tumbuhan dari penyakit, hama, dan kontaminasi.
“Industri peternakan kita telah bangkit kembali, pastikan tidak ada penyakit asal luar negeri yang dapat mengancam lagi,” katanya.