Bisnis.com, DENPASAR — FIF Spektra sudah berhasil menyalurkan pembiayaan senilai Rp125 miliar di Bali hingga semester I/2018, dengan kontribusi terbesar untuk segmen gawai.
Manajer Pemasaran FIF Spektra Denpasar Samuel Vincent optimistis penyaluran pembiayaan akan semakin besar meskipun perekonomian Bali sempat turun akibat meletusnya Gunung Agung. Dia menegaskan isu erupsi tidak menahan tingkat konsumsi masyarakat akan produk gawai dan elektronik melalui perseroan.
“Pembiayaan kami di sini naik 15% per bulan, untuk bulanan realisasinya sekitar Rp20 miliar. Kami tidak terlalu merasa adanya pelemahan ekonomi di Bali,” jelas Samuel, Rabu (25/7/2018).
Dia menjelaskan kota Denpasar menjadi kontributor terbesar FIF Spektra dengan menyerap 60% dari total penyaluran pembiayaan. Tingkat Non Performing Financing (NPF) alias pembiayaan bermasalah di daerah ini juga diklaim terjaga di bawah 5% walaupun pembiayaan kencang.
Kepala Departemen Pemasaran FIF Spektra Muliana Widjaya memaparkan Bali merupakan kontributor terbesar kedua di Indonesia setelah Surabaya. Ibu kota Jawa Timur itu berkontribusi sekitar 12% dari target penyaluran pembiayaan nasional, sedangkan Pulau Dewata hanya sekitar 1,5%.
Menurutnya, tingkat konsumsi masyarakat Bali akan produk elektronik lebih besar dan stabil jika dibandingkan dengan daerah lain di Indonesia.
“Di sini orang bisa beli harga mahal untuk gawai. Di sini konsumtif,” ungkap Mulianan.
Sementara itu, untuk menangkap peluang membaiknya perekonomian di Bali, FIF Spektra kembali menyelenggarakan acara Spektra Meriah untuk kedua kalinya pada tahun ini. Anak usaha FIF Group ini menargetkan transaksi senilai Rp11 miliar selama pelaksanaan promosi yang berlangsung selama sepekan di salah satu mal di Denpasar.
FIF Spektra mengundang 250.000 member dengan kinerja positif untuk datang ke pameran ini. Pada pameran sebelumnya, sebesar 60% konsumen membeli produk gawai, 35% produk elektronik dan sisanya campuran.
Muliana menerangkan pameran inI sengaja digelar untuk membantu masyarakat mendapatkan barang elektronik serta perabotan rumah tangga impian mereka melalui proses yang lebih sederhana dan harga yang lebih murah.
Dia menuturkan kebutuhan masyarakat Indonesia terhadap barang-barang seperti elektronik, gawai, serta perabotan rumah tangga sangat besar. Apalagi, Bali memiliki daya beli tinggi terhadap produk-produk elektronik hingga gawai.
Tipe konsumen Bali juga disebut sangat konsumtif untuk memiliki produk gawai kategori mahal. Karena itu, pihaknya sangat optimistis pameran di Denpasar akan memenuhi target.
“Sebenarnya di setiap kota itu diadakan setahun sekali tapi karena di Denpasar hasilnya baik dan kota ini tidak terpengaruh dengan Lebaran, makanya kami pilih. Kalau cukup baik, di sini bisa tiga kali,” ujarnya.