Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Zat Berbahaya: Rhodamin B Masih Ditemukan Pada Makanan Tradisional Bali

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar mengakui hingga saat ini penggunaan zat berbahaya utamanya Rhodamin B banyak ditemukan pada jenis makanan tradisional Bali dengan prediksi jumlah beredar sebanyak 20% dari total kuliner yang dicurigai.
Ilustrasi: Makanan yang menggunakan pewarna mengandung zat kimia berbahaya rhodamin b/klubpompi.pom.go.id
Ilustrasi: Makanan yang menggunakan pewarna mengandung zat kimia berbahaya rhodamin b/klubpompi.pom.go.id

Bisnis.com, DENPASAR -- Mencicipi makanan tradisional kadang memberikan sensasi tersendiri. Kita seperti dibawa menelusuri masa lalu, saat kecil dan tumbuh di suatu daerah. Namun, ada baiknya kita semua mewaspadai makanan tradisional yang memiliki warna mencurigakan.

Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Denpasar mengakui hingga saat ini penggunaan zat berbahaya utamanya Rhodamin B banyak ditemukan pada jenis makanan tradisional Bali dengan prediksi jumlah beredar sebanyak 20% dari total kuliner yang dicurigai.

Sebagian besar, penggunaan rhodamin b ditemukan pada kuliner tradisional Bali.

Kepala BBPOM di Denpasar IGA Adhi Aryapatni mengatakan penggunaan zat berbahaya rhodamin b sebagai pewarna makanan memang belum bisa dihentikan secara tuntas. Selalu saja muncul pelaku-pelaku baru yang memanfaatkan zat berbahaya ini. Walaupun, di satu sisi, pihaknya telah melakukan pembinaan kepada pelaku yang ketahuan menggunakan rhodamin b sebagai pewarna makanan.

Selama pengujian pasar di Bali pada 2018, ditemukan hingga 40 makanan yang mengandung Rhodamin B. Sebagian besar makanan yang mengandung rhodamin b tersebut yakni jajanan tradisional Bali.

"Konsumsinya setiap tahun memang mengalami penurunan tapi memang belum bebas," katanya, Kamis (5/7/2018).

Kata dia, sebagian besar pelaku yang menggunaakan zat berbahaya berada di wilayah pedesaan karena belum memahami betul aturan penggunaan rhodamin b. Selain itu, kesadaran masyarakat yang masih kurang juga ikut memicu masih belum bebasnya Bali dari penggunaan zat berbahaya.

Seperti misalnya saat bulan puasa beberapa waktu lalu, pihaknya menemukan terasi merah yang menggunakan rhodamin b di kawasan Jembrana. Selain itu beberapa kuliner bali seperti roti kukus, apem, hingga krupuk juga dicurigai masih banyak mendapatkan campuran rhodamin b.

"Sebenarnya beda zat berbahaya dengan yang dianjurkan tjdak jauh, mungkin memang rhodamin b harganya lebih murah. Pemerintah bersama BPOM dengan Dinas Kesehatan dan Dinas Perdagangan juga sudah mengeluarkan aturan terkait distribusi bahan berbahaya tersebut," katanya.

Menurutnya, penggunaan bahan berbahaya sangat merugikan kesehatan karena bersifat karsinogenik yakni memicu berkembangnya sel kanker. Efek zat berbahaya ini memang tidak dirasakan secara langsung. Namun, jika terus memgonsumsi selama bertahun-tahun, dampaknya akan sangat buruk bagi kesehatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Saeno

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper