Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pelaku Pemasaran & Periklanan Disarankan Kurasi Tren

Pelaku pemasaran dan periklanan disarankan mengkurasi tren-tren yang ada untuk menemukan pola yang kemungkinan dilewatkan oleh kebanyakan orang agar tetap dapat bertransformasi secara relevan.
Pemasaran Daring. /thomsonreuters.com
Pemasaran Daring. /thomsonreuters.com

Bisnis.com, DENPASAR—Pelaku pemasaran dan periklanan disarankan mengkurasi tren-tren yang ada untuk menemukan pola yang kemungkinan dilewatkan oleh kebanyakan orang agar tetap dapat bertransformasi secara relevan.

Penegasan itu disampaikan oleh Founder & Chief Trend Curator The Non-Obvious Company Rohit Bhargava di ajang Asia Pacific Media Forum (APMF) 2018 di Nusa Dua, karena menilai kebanyakan bisnis tidak siap menghadapi dunia yang sedemikian cepat dan mendisrupsi.

Menurutnya, pebisnis saat ini menghadapi tiga tantangan utama yang muncul seiring perkembangan teknologi.

“Pertama, krisis kepercayaan, di mana konsumen sulit mempercayai apa yang disampaikan lewat pemasaran. Kedua, tuntutan konsumen terhadap akses dan ‘keinstanan’ semakin ekstrem. Terakhir, batas-batas industri semakin melebur sehingga membuat konsumen bingung atau kewalahan,” paparnya dalam siaran pers yang diterima Bisnis, Kamis (18/5/2018).

Pemegang lima gelar Wall Street Journal Bestseller ini melanjutkan, keberhasilan menangkap tren merupakan salah satu cara untuk tetap bertransformasi secara relevan.

Lebih dari 1.000 orang delegasi Asia Pacific Media Forum (APMF) 2018 menuntaskan perhelatan untuk mengantisipasi revolusi industri media terkini pada tanggal 2-4 Mei 2018 lalu di Nusa Dua.

Puluhan pembicara kelas dunia yang dihadirkan APMF 2018 membagikan tren dan insight penting untuk mempersiapkan bisnis menghadapi revolusi industri terkini.

Mulai dari Blockchain dan machine learning, hingga pemasaran berbasis ilmu perilaku yang disampaikan oleh Presiden The Ogilvy Center for Behavioral Science Christopher Graves.

Christopher menyampaikan media sosial kini dapat membantu kita melakukan segmentasi konsumen secara lebih akurat dan personal. Unggahan, profil, dan pola penggunaan media sosial dapat mengungkapkan tipe kepribadian menurut berbagai variasi lima elemen kepribadian.

“Dalam bahasa Inggris, kelima elemen tersebut disingkat menjadi OCEAN: Openness [keterbukaan], conscientiousness [kehati-hatian], extraversion [ekstroversi], agreeableness [kemudahan untuk bersepakat atau kompromi], dan neuroticism [tendensi neurosis],” ungkapnya.

Sejak pertama kali diluncurkan pada 2005, APMF terus memberikan kontribusinya kepada industri terkait, baik di Indonesia maupun Asia Pasifik, dengan menghadirkan inspirasi dan informasi terkini dalam format Konferensi dan Advance Class.

Berbagai solusi consumer engagement juga dipamerkan dalam sebuah Expo skala besar, sehingga memudahkan pelaku bisnis untuk meninjau dan menemukan solusi terbaik bagi usahanya.

Ini sejalan dengan salah satu prioritas Presiden Joko Widodo, untuk membangun ekosistem kewirausahaan yang memungkinkan industri untuk bergerak lincah dalam memanfaatkan potensi model baru ekonomi digital.

Ketua APMF 2018 Andi Sadha mengungkapkan kemunculan inovasi disruptif, khususnya di ranah digital, tidak bisa dihindari.

“Kami sebagai pelaku industri media, pemasaran, dan komunikasi menyadari bahwa perkembangan ini juga mengubah aturan dan praktik bisnis konvensional.”

Riset oleh Global Center for Digital Business Transformation mengungkapkan bahwa 4 dari 10 pemain pasar teratas saat ini terancam tergusur oleh disrupsi digital dalam 5 tahun mendatang. Sementara, hanya 25% perusahaan mengaku memiliki pendekatan proaktif terhadap transformasi digital.

Jika bisnis hanya stagnan dengan model lamanya, besar kemungkinan bahwa bisnis tersebut akan segera usang. Tema “RE:WRITE” tahun ini menegaskan pentingnya menulis ulang strategi bisnis di tengah pesatnya adopsi inovasi disruptif.

“Kami harap, lewat berbagai paparan yang dihadirkan APMF 2018, para delegasi dapat meninggalkan strategi bisnis yang usang, mempelajari berbagai strategi terkini yang ada di pasaran, serta menulis ulang strategi baru yang memungkinkan bisnis mereka tetap relevan dan terus bertumbuh seiring arus perkembangan teknologi,” tutup Andi Sadha.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Feri Kristianto
Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Terpopuler

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper

Terpopuler