Bisnis.com, DENPASAR—Perajin karya seni "Ogoh-ogoh" di kawasan Sesetan, Denpasar, Bali, mengaku dirinya kebanjiran garapan Ogoh-ogoh yang dipesan menjelang Hari Raya Nyepi Tahun Caka 1940, bahkan pesanan itu ada yang berasal dari Australia.
"Yang dari Australia itu pesanan komunitas Hindu disana. Kami mendesain Ogoh-ogoh (seni patung berkepribadian Bhuta Kala) yang dapat dibongkar pasang, agar mudah dikirim ke Australia," ujar perajin Ogoh-ogoh sanggar "Gases Bali", Indra Wirawan, di Denpasar, Senin (12/3/2018).
Indra Wirawan mengatakan pesanan Ogoh-ogoh yang juga dipasarkan secara daring/online tersebut berasal dari berbagai wilayah di Indonesia seperti dari Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan.
"Kami dibantu dengan 20 pekerja sejak akhir tahun lalu hingga saat ini kami telah mengerjakan sekitar 175 buah Ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk dan ukuran," katanya.
Ia mengaku, karena banyaknya pesanan Ogoh-ogoh yang datang, dirinya sampai menolak sejumlah pesanan Ogoh-ogoh karena keterbatasan waktu dan tenaga dalam pengerjaan.
"Kalau dulu, setiap ada pesanan masuk selalu kami layani. Tapi sekarang kami mencoba menyesuaikan dengan jumlah pesanan yang masuk dengan kemampuan pengerjaan kami untuk menjaga kualitas Ogoh-ogoh," ujarnya.
Indra Wirawan menjelaskan, Ogoh-ogoh produksi Sanggar Gases dijual dengan harga berkisar antara Rp500 ribu hingga Rp75 juta per buah.
"Harganya tergantung kualitas bahan, ukuran dan kesulitan pembuatan. Kalau yang pesanan dari Australia itu kami jual dengan harga Rp75 juta diluar ongkos kirim," ujarnya.
Sementara itu, seorang pembeli Ogoh-ogoh, Kadek Alit menjelaskan, dirinya memilih membeli Ogoh-ogoh di sanggar tersebut karena keterbatasan waktu dalam membuat Ogoh-ogoh.