Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

16 Investor Siap Kucurkan Dana di Bandara Bali Utara

PT Bandara Internasional Bali Utara atau BIBU kini masih harap-harap cemas menunggu izin penetapan lokasi atau penlok yang telah diajukan empat tahun silam ke Kementerian Perhubungan.

Bisnis.com, DENPASAR—PT Bandara Internasional Bali Utara atau BIBU kini masih harap-harap cemas menunggu izin penetapan lokasi atau penlok yang telah diajukan empat tahun silam ke Kementerian Perhubungan.

Presiden Direktur PT BIBU I Made Mangku mengatakan Presiden Jokowi sangat antusias dengan rencana pembangunan bandara internasional di Buleleng.

“Presiden bahkan telah mengeluarkan disposisi untuk menindaklanjuti pembangunan bandara di Bali utara itu," katanya kepada wartawan, Senin (26/2/2018).

Menurut Mangku kendati telah mendapatkan disposisi presiden, sampai sekarang belum juga ada tindak lanjut dari kementerian. Dia mengaku telah berulang kali menemui menteri, tetapi hingga kini belum ada kejelasan.

Mangku berharap penlok segera turun dan pembangunan bandara yang diharapkan bisa menjadi penyeimbang pembangunan dan geliat ekonomi antara Bali selatan dan utara itu segera dimulai.

Kata dia PT BIBU telah merampungkan segala hal yang berkaitan dengan perencanaan pembangunan bandara yang dirancang di atas perairan laut itu.

"Saat ini kami hanya menunggu saja. Kalau penlok keluar, kami segera bisa ground breaking dan memulai proses pembangunan," terangnya.

Chairman PT BIBU Iwan Erwanto menjelaskan hingga kini sudah ada 16 investor yang tergabung dalam konsorsium yang siap mendanai proyek pembangunan bandara dengan total alokasi dana Rp50 triliun.

Kata dia investor yang berasal dari Kanada, Amerika Serikat, dan Timur Tengah itu tergabung dalam konsorsium bernama Kinessis Capital and Investment (KCNI).

Irwan menegaskan dana siap mengucur, tapi karena belum ada penlok pekerjaan belum bisa dimulai.

Dia menyebut ada investor yang mengancam mundur dan mengalihkan investasi ke Malaysia yang hanya memerlukan waktu empat bulan.

"Ya, mereka membandingkan dengan Malaysia. Di sana empat bulan proyek sudah bisa jalan. Sementara kita di sini sudah empat tahun masih belum jelas," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : News Writer
Editor : Miftahul Ulum

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper