Bisnis.com, GIANYAR - Kadin Bali mengharapkan PT PLN (Persero) mendorong Bali bisa mandiri dalam energi listrik dengan membangun pembangkit listrik tenaga air serta pembangkit listrik tenaga gas, daripada membangun "Jawa Bali Crossing" (listrik Jawa-Bali dengan kabel bawah laut).
"Kami mau Bali lebih mandiri di bidang energi listrik. Kalau dengan pembangunan jaringan listrik dari Jawa ke Bali lewat kabel bawah laut akan membuat Bali sangat tergantung energi listriknya dari Jawa," kata Ketua Kadin Bali, AA Ngurah Alit Wiraputra, di Gianyar, Bali, Selasa (30/1/2018).
Menurut dia, Bali sebaiknya dibuat lebih mandiri di bidang energi listrik mengingat provinsi ini menjadi daerah tujuan wisata nomor satu di dunia dengan pertumbuhan industri pariwisata, hotel, dan restoran dan kerajinan yang sangat pesat.
Pasokan listrik Bali saat ini sebesar 1.200 MW (megawatt), masih aman. Namun dengan pertumbuhan permintaan energi listrik rata-rata 8,5 persen maka Bali akan alami defisit listrik pada tahun 2020. PLN sudah memiliki solusi dengan membangun "Jabali Crossing".
Hal itu dilakukan dengan membangun transmisi 500 KV di Paiton ke Watudodol, kemudian mengaliri listrik hingga ke Antosari, Bali, sehingga tahun 2020, Bali memiliki kapasitas hingga 2.600 MW tanpa membangun pembangkit listrik di pulau Dewata ini.
"Jika terjadi gangguan listrik di Jawa maka Bali akan terkena dampaknya karena Bali sangat bergantung energi listriknya dari Jawa, padahal banyak sungai besar di Pulau Dewata," katanya.
Alit selaku pelaku usaha berharap Bali lebih mandiri memproduksi energi listrik dengan membangun berbagai pembangkit listrik air karena Bali punya banyak sungai dengan volume yang cukup besar.
"Jika harus dibangun bendungan agar volume air stabil, kami siap mendukung. PLN juga sebaiknya membangun pembangkit listrik energi gas. Gas nya bisa dibeli dari Madura yang lebih dekat. Jadi selama ini, listrik Bali dialiri dari Jawa, tapi kedepan sebaiknya PLN membangun pembangkit listrik di Bali agar tidak tergantung semuanya dari Jawa," katanya.