Bisnis.com, DENPASAR – Bali optimistis akan mendapatkan wisman berkualitas dengan pengeluaran tinggi jika telah menetapkan biaya kontribusi ke wisatawan.
Bali sendiri mulai 2019 nanti akan menarget jumlah kunjungan sebanyak 7 juta wisman atau meningkat 7% dari target tahun sebelumnya.
Perhitungan Januari hingga September 2018, Bali telah kedatangan 4,647,040 wisman. Jumlah ini telah sebanyak 70% dari target 2018 yang sejumlah 6,5 juta wisman.
Kepala Dinas Pariwisata Bali Anak Agung Gde Yuniartha Putra mengatakan pungutan kontribusi pariwisata sebanyak US$10 per wisatawan mancanegara (wisman) akan meningkatkan kunjungan wisatawan dengan pengeluaran tinggi di Bali. Selama ini, belum ada aturan yang mengatur hal tersebut.
Baca Juga
Sehingga, kerap kali banyak ditemukan kunjungan dari zero dollar tour atau wisatawan dengan biaya rendah.
Menurut data Bank Indonesia, selama 2017 sebanyak 1,3 juta wisman Tiongkok mendatangi Bali. Di Bali, rata-rata pengeluaran wisatawan Tiongkok sebesar US$965, lebih rendah dibanding rata-rata pengeluaran wisatawan Australia, Eropa, dan
Jepang yang sebesar US$1.170.
Hal ini menyebabkan adanya lost opportunity sekitar US$205 per wisman. Jika potensi tersebut dikalikan total wisman Tiongkok yang datang ke Indonesia sepanjang periode 2014-2017, maka total lost opportunity akan mencapai US$260 juta.
“Jadi sekarang kita ingin memperbaiki layanan kita, kita tingkatkan standar lewat pemungutan US$10 per kepala, apakah masuk di tiket pesawat atau bagaimana,” katanya kepada Bisnis, Minggu (25/11/2018).
Saat ini Bali pun gencar melakukan penutupan toko ilegal China yang dinilai berkaitan dengan datangnya zero dollar tour tersebut. Adapun wisatawan China yang datang ke Bali mampu dengan harga sangat murah bahkan disinyalir senilai tiket perjalanan China-Denpasar.
Selama di Bali, wisatawan diwajibkan mengikuti jadwal tour sesuai yang telah ditetapkan oleh agen wisata, salah satunya ke toko ilegal tersebut. Harga barang-barang yang ditawarkan jauh lebih tinggi dan dengan metode pembayaran non tunai.
Hal ini menyebabkan wisatawan mengalami kerugian. Bagi destinasi wisata dan negara yang dikunjungi, tidak mendapatkan pendapatan karena semua transaksi terhubung secara non tunai menggunakan aplikasi dari China.
Menurutnya, walaupun gencar melakukan penutupan toko ilegal tersebut tidak akan mempengaruhi kunjungan wisatawan China. Sebab, promosi terus digencarkan. Walaupun saat ini terjadi penurunan kunjungan wisatawan China, hal itu lebih karena telah memasuki masa low season.
“Kami juga bersama Bali Tourism Board pada tanggal 1 sampai 7 nanti akan ke China untuk bertemu pemerintah di sana melakukan sales mission dan Wagub akan hadir juga supaya tidak salah persepsi dengan apa yang kita lakukan,” katanya.