Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penyaluran Kredit di Bali Mencapai Rp111,77 Triliun

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit perbankan di Bali hingga periode November 2024 mencapai Rp111,77 triliun atau tumbuh 6,87% (yoy).
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis - Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis - Abdullah Azzam

Bisnis.com, DENPASAR - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat penyaluran kredit perbankan di Bali hingga periode November 2024 mencapai Rp111,77 triliun atau tumbuh 6,87% (yoy) jika dibandingkan dengan periode yang sama di 2023.

Kepala OJK Provinsi Bali, Kristrianti Puji Rahayu menjelaskan berdasarkan jenis penggunaannya, pertumbuhan kredit masih didorong oleh peningkatan nominal kredit investasi yang bertambah sebesar Rp5,54 triliun atau tumbuh 18,79% (yoy). Jika dilihat berdasarkan kategori debitur, sebesar 52,93% kredit di Bali disalurkan kepada UMKM dengan pertumbuhan sebesar 7,44% (yoy).

"Tingginya pertumbuhan kredit investasi ini menggambarkan meningkatnya kepercayaan masyarakat terhadap kondisi ekonomi di Bali," jelas Puji dari siaran persnya, Rabu (22/1/2024).

Sementara itu berdasarkan sektornya, penyaluran kredit didominasi oleh sektor bukan lapangan usaha (konsumtif) sebesar 34,09% dan sektor perdagangan besar dan eceran sebesar 28,93%.

Pertumbuhan kredit disumbang oleh peningkatan nominal penyaluran di sektor penerima kredit bukan lapangan usaha yang bertambah sebesar Rp2,25 triliun atau tumbuh 6,29%, serta sektor penyediaan akomodasi dan penyediaan makan minum sebesar Rp1,43 triliun atau tumbuh 12,58% (yoy). 

Penghimpunan DPK mencapai Rp189,98 triliun dan melanjutkan catatan double digit growth yaitu 13,30% (yoy), walaupun tumbuh melandai dibandingkan posisi yang sama tahun sebelumnya sebesar 20,07% (yoy). Berdasarkan jenisnya, peningkatan DPK dibandingkan November 2023 ditopang oleh kenaikan nominal tabungan sebesar Rp12,1 triliun.  

Puji juga menjelaskan kecukupan modal BPR yang tercermin pada likuiditas BPR (cash ratio/CR) dan capital adequacy ratio (CAR) terjaga di atas threshold, berturut-turut sebesar 14,83% dan 35,41%. Tingginya permodalan perbankan diyakini mampu menyerap potensi risiko yang dihadapi dan OJK akan terus mendorong kinerja intermediasi dengan tetap menjaga keseimbangan antara pertumbuhan pembiayaan dan terjaganya likuiditas.

Kualitas kredit perbankan di Bali tetap terjaga yang tercermin dari rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) gross sebesar 3,23%, sedikit lebih tinggi dibandingkan November 2023 yang sebesar 3,12%. Sementara itu NPL net berada di posisi 2,24%, membaik dibandingkan Oktober 2024 yang sebesar 2,33%.

"Penyelesaian kredit restrukturisasi dan ekspansi kredit berdampak positif bagi penurunan rasio loan at risk (LaR) menjadi 12,58% dari sebelumnya 20,79% pada November 2023 (Oktober 2024: 13,01%). OJK akan terus mendukung perbankan melalui langkah kebijakan yang diperlukan sehingga perbankan terus bertumbuh berkelanjutan namun tetap prudent dalam aspek manajemen risiko," jelas Puji.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper