Bisnis.com, MATARAM - Kontribusi ekspor komoditas non tambang dalam neraca perdagangan di Nusa Tenggara Barat (NTB) hanya sekitar dua persen dan masih didominasi oleh komoditas tambang yang menjadi tulang punggung utama.
"Meningkatkan ekspor non tambang NTB sudah dilakukan, tapi kapasitasnya jauh di bawah tambang," kata Ekonom Universitas Mataram, Muhammad Firmansyah di Mataram, Selasa (17/7/2024).
Firmansyah mengatakan untuk meningkatkan ekspor komoditas, seperti pertanian maupun kelautan, maka masalahnya ada pada jumlah dan keberlanjutan.
Nusa Tenggara Barat memiliki banyak komoditas ekspor, namun produksinya terbatas dan keberlanjutannya juga tidak terjamin.
"Maka (masalah) ini perlu dibenahi," ujar dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram tersebut.
Lebih lanjut, ia menyampaikan ekspor industri harus produksi yang dibutuhkan oleh pasar dunia. Standarisasi juga harus internasional terutama harga maupun kualitas produk yang dipasarkan.
Baca Juga
Sarana dan prasarana untuk menjangkau pasar ekspor komoditas non tambang juga perlu dipersiapkan dan jajaki tujuan ekspor agar kegiatan menjual barang ke luar negeri bisa optimal.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor dalam neraca perdagangan Nusa Tenggara Barat mengalami penurunan sebesar 99,64% pada Juni 2024 bila dibandingkan data Mei 2024.
Izin ekspor tambang mineral yang berakhir pada 31 Mei 2024 lalu membuat kegiatan ekspor yang tercatat menjadi nol dalam neraca perdagangan NTB pada Juni 2024.
Ekspor Nusa Tenggara Barat bulan lalu sepenuhnya ditopang oleh komoditas non tambang dengan angka sebesar US$1,81 juta.
Ekspor komoditas non tambang tersebut adalah komoditas ikan dan udang sekitar 57,63% dari total ekspor atau senilai US$1,05 juta. Kemudian, perhiasan dan permata sekitar 25,86% atau sekitar US$470.000.
Selanjutnya nilai ekspor batu kapur sebanyak 9,87% atau sekitar US$179.197, ekspor daging dan ikan olahan sebesar 4,60% atau sekitar US$83.512, ekspor mesin dan peralatan listrik sebanyak 1,55% atau sekitar US$28.125, dan ekspor biji-bijian berminyak sebesar 0,48% atau sekitar US$8.682.
Meski ekspor komoditas non tambang NTB cukup banyak, namun kegiatan ekspor berada pada pelabuhan atau bandara di luar NTB, seperti Pelabuhan Tanjung Perak di Jawa Timur, Bandara Ngurah Rai di Bali, dan Bandara Soekarno-Hatta di Banten.
Pemerintah NTB lantas menjajaki kerja sama dengan pemerintah Jawa Timur agar kegiatan ekspor yang banyak dilakukan di Pelabuhan Tanjung Perak bisa dilakukan di pelabuhan-pelabuhan yang ada di NTB.
"Untuk pencatatan ekspor di NTB ini juga sangat penting supaya jelas bahwa ada banyak produk NTB yang ekspor, namun tercatat di daerah lain," pungkas Ekonom Universitas Mataram Muhammad Firmansyah.