Bisnis.com, DENPASAR — Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memacu produksi cabai dan unggas untuk menjaga laju inflasi agar tetap berada di kisaran 2,5% - 3%.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia, Winda Putri Listya menjelaskan penanaman cabai dan unggas dikemas dalam program Tancapkan Gas atau Tanam Cabe Pelihara Ikan dan Unggas. Terdiri dari kegiatan kampung aneka cabai, kampung unggas, pembenihan ikan, dan NTB MALL.
"Program ini merupakan implementasi dari strategi 4 K khususnya dari aspek ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga yang outputnya adalah terkendalinya angka inflasi NTB sebesar 3,02 % (yoy) sesuai dengan target angka inflasi nasional tahun 2023 yaitu 3,0 ±1%. Ini juga diapresiasi oleh pemerintah pusat melalui penghargaan yang diberikan langsung oleh Presiden Joko Widodo kepada TPID NTB karena masuk dalam kategori daerah dengan pengendalian inflasi terbaik," jelas Winda dari keterangan resminya, Jumat (14/6/2024).
Upaya peningkatan produksi cabai dan unggas, karena selama ini dua komoditas tersebut memberi andil yang besar terhadap inflasi NTB, harga cabai yang bisa melambung tinggi di musim tertentu bisa mendorong naiknya inflasi. Begitu juga dengan telur yang harganya fluktuatif karena dipengaruhi oleh produktivitas ayam petelur.
Selain itu, TPID Sidak Pasar Pemantauan Harga Bahan Pokok, Gerakan Operasi Pasar Murah dengan melakukan mobilisasi pangan dari daerah surplus ke daerah minus, sinergi bersama asosiasi dan pengusaha untuk pengendalian inflasi, melakukan komunikasi efektif untuk menjaga ekspektasi masyarakat, serta pembuatan Peraturan Gubernur (Pergub) dalam rangka pengendalian ketersediaan pasokan komoditas di NTB hingga membawa NTB sebagai lumbung pangan nasional.
Untuk mendukung target lumbung pangan, Pemerintah membangun sejumlah bendungan di NTB yang akan mengairi sawah dan menyuplai kebutuhan air rumah tangga. Ada enam bendungan yang dibangun di Lombok dan Sumbawa, yang sudah selesai dan beroperasi yakni bendungan Tiu Suntuk.
Baca Juga
Menurut data Pemprov NTB, pembangunan Bendungan Tiu Suntuk yang menelan anggaran sekitar Rp1,4 triliun, dikerjakan pada 2020-2023. Bendungan yang masuk dalam proyek strategis nasional ini memiliki kapasitas tampung air 60,85 juta m³ dan luas genangan 321,52 hektare.
Bendungan Tiu Suntuk mampu menyuplai air baku sebesar 68 liter per detik dan menyuplai air bagi daerah irigasi seluas 1.900 hektare, yang mencakup wilayah Kecamatan Taliwang dan Kecamatan Brang Ene.
Selain itu, peningkatan air untuk pertanian juga didukung melalui sumur bor panel surya yang dipelopori oleh Universitas Mataram. Menurut Rektor Unram, Bambang Hari Kusumo Unram sudah berhasil menciptakan prototype sumur bor panel surya yang ditawarkan kepada pemerintah untuk menjadi solusi di wilayah kering yang banyak di NTB.
"Kami telah menciptakan pompa dengan tenaga surya untuk wilayah-wilayah yang tidak ada airnya. Kami menawarkan pompa tenaga surya yang dapat memompa air non-stop selama siang hari. Sudah ada prototype dengan kedalaman pompa sedalam 40 meter dan sedang kami uji coba dengan kedalaman 80 meter. Sehingga misalnya Pak Menteri bisa membantu kami dalam hal pengeboran di ratusan titik kemudian prototype ini kita perbanyak sehingga pada musim kemarau dapat menghidupkan lahan-lahan yang kering,” jelas Bambang dikutip dari siaran resmi Unram.