Bisnis.com, DENPASAR - Skema pembiayaan untuk pembangunan LRT Bali yang direncanakan bakal ground breaking pada awal semester I/2024 masih belum diputuskan oleh Pemprov Bali maupun pemerintah pusat. Hingga saat ini otoritas masih membahas model pembiayaan yang pas untuk pembangunan LRT pertama di Pulau Dewata tersebut.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan (Bappenas) Suharso Monoarfa mendorong pembiayaan pembangunan LRT Bali didorong dengan dua skema, yakni dengan pinjaman dalam negeri dan dengan skema pengumpulan dana melalui Bali Kerthi Development Fund (BDF) yang baru dibentuk beberapa bulan lalu.
Kepala Dinas Perhubungan Bali, IGW Syamsi Gunarta menjelaskan dalam pembahasan antara Pj Gubernur Bali dan Menteri Bappenas, untuk pendanaan dari luar negeri, paling memungkinkan melalui BDF, dimana BDF bisa menghimpun dana nonpemerintah yang digunakan khusus untuk pembiayaan pembangunan Bali khususnya rencana LRT.
"Pak Menteri mengarahkan mengoptimalkan peran BDF sebagai Special Purpose Vehicle (SPV) guna mengelola sumber dana non pemerintah. Selain itu pendanaan juga didorong dengan pinjaman dalam negeri untuk memastikan kehadiran pemerintah dalam projek ini. Dana tersebut akan digunakan untuk membangun prasarana berupa terowongan, trek, stasiun, depo, dan kosntruksi sipil lainnya," jelas Syamsi melalui keterangan tertulis, Rabu (4/9/2023).
Menurut Syamsi, Pemprov Bali diminta untuk menyiapkan timeline dan menghitung mundur dari saat ground breaking yang direncanakan di awal atau periode semester I/2024. Syamsi menyebut pemerintah pusat akan mengawal langsung pembangunan LRT hingga beroperasi.
Jalur LRT yang akan dibangun di Bali pada fase awal dari lintasan Bandara I Gusti Ngurah Rai hingga Mengwi, yang kedepannya direncanakan mencakup seluruh wilayah Bali. Lintasan ini pun dibagi kedalam tiga tahapan, yakni Fase 1: Bandara I Gusti Ngurah Rai - Seminyak (via Central Parkir), Fase 2 Seminyak - Canggu, dan Fase 3 Canggu - Mengwi.
Baca Juga
Yang menjadi prioritas saat ini fase 1 Bandara - Seminyak, karena jalur ini sudah mengalami tingkat kemacetan yang lumayan parah. Fase 1 dibagi dalam bagian, yaitu Fase 1A Bandara - Central Parkir Kuta, dan Fase 1B Central Parkir Kuta - Seminyak. Sebagian besar akan menggunakan jalur bawah tanah, tapi ditempat - tempat yang memungkinkan memakai jalur at grade atau menyentuh tanah.
Untuk mendapatkan pembiayaan yang cukup dalam menjaga keberlangsungan pengoperasian LRT, telah diusulkan agar LRT Bali masuk dalam konsep perluasan layanan sebagai upaya memberikan alternatif layanan yang lebih efisien dan memecah kemacetan Bandara.
"Dalam hal ini, yang kami bicarakan adalah pelayanan ekstra yang nantinya akan dinikmati oleh para penumpang LRT menuju Bandara. Diantaranya bisa melakukan check in diluar Bandara, mendapatkan kepastian masuk area Bandara tanpa takut terjebak kemacetan, kemudian memungkinkan mereka untuk menikmati waktu yang tersedia saat sisa waktu menunggu pesawat boarding, jadi mereka masih bisa memanfaatkan sisa waktunya untuk menikmati Bali sebelum waktu keberangkatan," ujar Syamsi.