Bisnis.com, DENPASAR—Masa depan bagi pengemudi taksi Blue Bird di Area Bali jauh lebih menjanjikan di tengah-tengah era digitalisasi seperti sekarang. Karena hampir sebagian besar dari mereka memahami arti penting literasi keuangan. Pemahaman itu membuat pengemudi tidak khawatir dengan masa depan anak-anak dan keluarganya.
Salah seorang pengemudi, Ketut Sudiwiasa mengaku kini memiliki rekening saham, dan tabungan berencana. Bapak dua orang anak ini mengaku, dirinya sudah mulai menyisihkan dana untuk pembayaran kuliah anak keduanya. Duit yang disisihkan itu ditempatkan di tabungan berencana. Anaknya saat ini semester 3 Diploma III di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Bali. Rencananya, sang anak akan langsung melanjutkan ke jenjang Diploma IV. Sudiwiasa menyatakan dua tahun mendatang dirinya tidak akan bingung lagi dengan kebutuhan pembayaran administrasi kuliah anaknya.
“Belum wisuda sudah bilang mau lanjut, syukurnya sudah disiapkan dari sekarang jadinya nanti tidak bingung lagi. Jadi pasti lebih terjamin,” jelasnya kepada Bisnis, Jumat (8/9/2023).
Sudiwiasa mewakili ratusan orang pengemudi taksi Blue Bird di area Bali yang kini memiliki visi masa depannya jauh lebih cerah. Dia mengklaim sekitar 90 persen pengemudi Blue Bird di area Bali sudah melakukan seperti yang dia lakukan. Jumlah pengemudi Blue Bird di Pulau Dewata sekitar 865 orang. Mereka ada yang mulai berinvestasi saham kecil-kecilan, membuat tabungan berencana, deposito hingga tabungan hanya untuk sekedar persiapan membeli ponsel.
Pola keuangan terencana itu tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Sebagai pengemudi taksi selama 27 tahun, Sudiwiasa mengaku tidak pernah mempraktekkan skema terencana. Biasanya, uang tunai yang didapat sebagai pengemudi akan habis dalam tempo beberapa hari. Hal yang sama dialami rekan-rekannya sesama pengemudi. Kebijakan manajemen Blue Bird area Bali yang kemudian berhasil menyulap kebiasan pengemudi seperti dirinya.
Diceritakan oleh Sudiwiasa, perilaku terencana itu berawal dari kebijakan manajemen membangun ekosistem non tunai di pool Blue Bird di Area Bali. Sistem ini mengubah perilaku pengemudi dari terbiasa menerima honor penghasilan hingga bonus kerja dalam bentuk tunai menjadi non tunai. Mereka diharuskan memiliki rekening. Untuk pembelian bahan bakar dan pembayaran tiket tol juga wajib menggunakan transaksi non tunai. Perubahan drastis ini lambat laun membuat pengemudi menjadi terbiasa.
Baca Juga
Sudiwiasa menuturkan, karena uang masuk ke rekening, alhasil pengemudi tidak mudah mengeluarkan. Ditambah lagi, manajemen berkolaborasi dengan bank memberikan edukasi tentang literasi keuangan. Mereka juga didampingi untuk memilih instrument investasi sederhana, salah satunya tabungan berencana. Hal ini yang membuat Sudiwiasa akhirnya mengenal investasi seperti saham serta jenis tabungan berencana. Cara memandang uang kini juga berubah. Tidak lagi seperti dulu yang mudah menghabiskan.
“Dulu waktu masih sering pegang uang tunai, lebih cepat habis. Sekarang justru tahu tentang tabungan berencana,” tuturnya sambil tertawa.
Pengetahuan tentang literasi tersebut membantunya menjaga masa depan anaknya. Dia menekankan bekerja sebagai pengemudi juga memiliki masa depan cerah. Karena, bisa menyekolahkan anak dan hidup tidak selalu kekurangan disebabkan sudah terencana sejak awal. Pengaruh tentang pemahaman tersebut juga menular ke keluarga dan rekan-rekannya.
Vice President Marketing and Communication, dan General Manager Group Area Bali Lombok PT Blue Bird Tbk Putu Gede Panca Wiadnyana menjelaskan kebijakan ini diterapkan oleh manajemen di Area Bali karena melihat pentingnya beradaptasi di era digitalisasi. Panca menuturkan, ide awal penerapan sistem transaksi cashless ini digagas mulai sekitar 2018. Berawal dari pembayaran tol dan pembelian bahan bakar menggunakan e-money.
Ketika awal diterapkan, tidak semua pengemudi langsung menerima. Namun, hal itu dipandang wajar karena merupakan budaya baru. Panca menyatakaan saat itu dirinya pantang mundur. Bahkan, sistem ini disempurnakan dengan menggandeng bank pelat merah. Tersebut kemudian membuka kantor perwakilan di pool Blue Bird Tbk di Bali. Upaya ini menuai hasil positif. Hampir seluruh pengemudi lebih mudah membuka rekening. Manajemen juga rutin memberikan pendidikan literasi keuangan supaya pengemudi memiliki pemahaman lebih untuk berinvestasi.
“Konsep awalnya agar uang yang didapat pengemudi tidak cepat habis. Mencari hari ini untuk dihabiskan hari ini, itu yang coba kami ubah,” jelasnya.
Panca mengungkapkan sebenarnya ide menerapkan perilaku terancana sudah dimulai sejak 2015. Saat itu digaungkan program pengemudi menabung agar mereka hemat. Momentum digitalisasi baru memberikan kesempatan. Ketika arus digitalisasi tidak terbendung, dirinya melihat driver sudah menempatkan dana mereka di rekening. Saat itulah, manajemen kemudian memberikan pendidikan literasi.
Pengemudi diajari mengatur kantong-kantong pendapatan dan kebutuhan agar lebih terencana. Blue Bird melibatkan bank pelat merah. Dengan pemahaman ini, meskipun masih ada yang menyetorkan uang tunai, tetapi mereka mau mengumpulkan. Jika sudah terkumpul, uangnya disetorkan ke rekening. Agar uang di rekening tidak mengendap sia-sia, pengemudi dibuatkan tabungan berencana, deposito hingga investasi sederhana lainnya.
“Bukan hanya transaksi tapi membangun komunitas cashless dengan transaksi QRIS jadi membangun kebiasaan uang mereka dari ponsel juga kami tempuh di pool,” tuturnya.
Ditegaskan olehnya, kebijakan manajemen itu diterapkan untuk skala lebih besar, dan mendorong pengemudi memiliki masa depan lebih cerah. Selain itu, tentu saja untuk beradaptasi dengan perkembangan jaman serta adaptif dengan program non tunai. Panca mengungkapkan pemerintah telah menggaungkan digitalisasi di seluruh segmen sehingga pelaku usaha juga harus mengikutinya. Termasuk beradaptasi dengan perubahan perilaku konsumen bertransaksi non tunai. Tidak kalah penting lagi, membantu program inflasi khususnya sektor peredaran uang.
Kehadiran ekosistem cashless di Blue Bird Area Bali terbukti telah ikut berkontribusi mengangkat tingkat literasi keuangan di Pulau Dewata. Saat ini, indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat di Bali berada di atas Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan tingkat nasional. Literasi keuangan Bali 57,66, dan inklusi 92,21.
Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menekankan Cok Ace implementasi digitalisasi di Provinsi Bali sejalan dengan visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali melalui Pola Pembangunan Semesta Berencana Menuju Bali Era Baru dalam rangka mewujudkan ekonomi Bali yang tangguh, stabil dan berkelanjutan. Pemprov Bali mengembangkan struktur fundamental perekonomian Bali yang didominasi oleh sektor pariwisata melalui digitalisasi.
“Transformasi digital merupakan kunci utama untuk mencapai keberhasilan dalam mewujudkan Bali yang berdaulat pangan, sandang dan papan,” jelas Cok Ace.