Bisnis.com, DENPASAR—PT Telkom Tbk melalui anak usahanya Telkom Data Ekosistem (NeutraDC) menginisiasi NeutraDC Summit 2023 sebagai upaya untuk mendapatkan perspektif terkait pengembangan ekosistem data center di Indonesia.
Salah satu isu yang dibahas dalam pertemuan yang dihadiri pengelola pusat data, dan perusahaan OTT dari sejumlah negara di Asia Pasifik tersebut terkait tren berkembangnya data center ramah lingkungan. CEO NeutraDC Andreuw ThAF mengungkapkan pertemuan ini merupakan langkah berani Telkom untuk memberikan ekosistem terkait data center di Tanah Air. NeutraDC merupakan anak usaha BUMN yang bertugas mengkonsolidasikan seluruh data center milik perusahaan negara baik di dalam negeri maupun luar negeri.
“Indonesia negara punya sumber daya sangat banyak, matahari, angin geothermal dan lain lain banyak. Dan itulah jadi landasan kita menuju data center ramah lingkungan,” jelasnya ditemui di Nusa Dua, Senin (4/9/2023).
Andreuw mengklaim data center yang dikelola NeutraDC telah mengadopsi sistem ramah lingkungan. Anak usaha BUMN ini sudah menggunakan water cooling untuk menjaga suhu udara sejak 2015. Menurutnya, pemanfaatan air tersebut bermanfaat membantu menekan biaya operasional kisaran 10-15 persen.
Direktur Wholesale & International Service Telkom Bogi Witjaksono mengungkapkan inisiatif pertemuan ini sebagai upaya mengembangkan ekosistem data center di Tanah Air menjadi lebih baik.
“Kalau selama ini, Telkom dikenal dengan bisnis koneksitas, sekarang sangat serius mengembangkan infrastruktur digital,” jelasnya.
Baca Juga
Bogi menjelaskan Telkom sangat serius membangun data center untuk meningkatkan penetrasi digitalisasi di Indonesia. Bentuk keseriusan itu berupa rencana menambah kapasitas data center di Cikarang, Jawa Barat dan Batam, Kepulauan Riau. Hingga 2026, Telkom menargetkan mampu menambah kapasitas data center hingga 400 megawatt (MW). Selain data center berukuran besar, perusahaan negara ini juga akan memodernisasi STO (Sentral Telepon Otomat) yang selama ini merupakan kantor Telkom terkait sisi teknikal.
Akan dipilih STO yang dari segi investasi tidak terlalu tinggi, tetapi memiliki potensi trafik besar. Hingga sekarang, sudah ada 25 STO di berbagai kota telah dimodernisasai menjadi data center untuk distribusi konten. Ke depannya, akan dikembangkan hingga kota-kota lain agar kapasitas datanya bisa lebih besar menampung trafik.
“Investasinya kalau data center skala hyperscale itu kisaran US$10-12 juta per megawatt. Kalau data center yang distribusi konten ini kami tekan investasinya seperempat sampai serendah-rendahnya,” jelasnya.