Bisnis.com, DENPASAR – Pemerintah Provinsi Bali membidik penanaman bunga gumitir secara luas karena memiliki potensi besar apalagi bunga gumitir digunakan sebagai alat upacara keagamaan di Bali.
Selama ini pembenihan bunga gumitir di Bali belum dilakukan secara masif, benih banyak didatangkan dari luar negeri, padahal penggunaan bunga gumitir di Bali terbilang tinggi. Menurut catatan Pemprov Bali, nilai benih gumitir yang diimpor dari luar negeri mencapai Rp20 miliar – Rp30 miliar setiap tahun. Untuk memutus mata rantai impor tersebut, pemprov Bali menggandeng Institut Pertanian Bogor (IPB) dalam pengembangan benih gumitir.
Setelah dilakukan pengembangan benih baru oleh para ahli dari IPB dan berhasil didapatkan jenis bibit baru bernama gumitir sudamala. Gubernur Bali, Wayan Koster kemudian meminta bibit tersebut agar ditanam secara luas di daerah – daerah yang berpotensi, agar bunga gumitir bisa menjadi usaha baru bagi petani atau masyarakat Bali.
Menurut Koster jika benih gumitir sudamala ini sukses, maka Bali tidak perlu melakukan impor benih lagi, sehingga nilai Rp30 miliar yang digunakan untuk impor bisa diputar di daerah. “Untuk itu Kita harus berpikir, bagaimana kalau Rp30 miliar itu dipakai untuk menghidupi para petani di Bali, kan lebih bagus, para petani menjadi sejahtera,” jelas Koster dikutip dari siaran pers, Jumat (21/7/2023).
Setiap tahun para penyemai bunga gemitir di Bali membeli benih sebanyak 300 kg sampai 450 kilogram per tahunnya dari luar negeri. Jumlah penyemai Bungan gumitir sendiri belum banyak, masih sekitar 15 penyemai, tetapi belum termasuk masyarakat yang melakukan penyemaian secara mandiri, jika dihitung semuanya makan jumlah benih impor ditaksir di atas 500 kg.
Koster yakin bisa menekan impor benih gumitir dengan adanya bibit gumitir sudamala yang dinilai cocok dengan iklim Bali.”Kami yakin laju impor pembenihan bunga gemitir yang telah terjadi selama bertahun – tahun di Pulau Bali, sekaligus memberikan kemudahan akses kepada para petani di Bali untuk mendapatkan benih bunga gumitir tanpa melakukan impor demi terciptanya kesejahteraan para petani,” ujar Koster.