Bisnis.com, DENPASAR – Festival layang–layang Bali sudah menjadi ajang tahunan yang dilaksanakan setiap bulan Juli. Festival ini sudah menjadi agenda wajib di Pulau Dewata yang diikuti oleh berbagai komunitas maupun masyarakat yang hobi dengan layangan.
Festival ini menampilkan berbagai model dan kreasi layang–layang yang dibuat dengan kreativitas masyarakat dan komunitas layang-layang di Bali. Setiap hari selama Juli hingga Agustus, wisatawan yang datang ke Bali bisa menyaksikan ratusan layang–layang menghiasi langit Bali, terutama di kawasan pesisir dengan angin yang kencang.
Pada festival layang–layang 2023 atau Bali International Kite Festival ke 45, kegiatan dipusatkan di pantai Padang Galak, Kota Denpasar, diikuti oleh 195 pelayang lokal, 31 pelayang tingkat nasional yang berasal Palembang, Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Riau, Kalimantan Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jakarta, Cilacap, dan Sulawesi Tenggara. Kemudian untuk pelayang internasional diikuti oleh 7 negara yang terdiri dari Polandia, Swedia, Jepang, Filipina, Australia, Thailand, Singapura, dan Malaysia.
Kreativitas layangan yang dilombakan adalah Layangan Jangan, Layangan Be-Bean, hingga Layangan Pecukan yang dibalut dengan perpaduan kain berwarna hitam, merah dan putih yang melambangkan Tridatu. Kejuaraan layangan ini juga dimeriahkan dengan perlombaan pindekan yang diikuti oleh sebanyak 83 peserta,kegiatan ini juga langsung dibuka oleh Gubernur Bali, Wayan Koster.
Pantai Padang Galak sendiri berada di jalan Padang Galak, Sanur, Kota Denpasar. Bagi yang menginap di Sanur, bisa menyaksikan keindahan ratusan layang–layang dari hotel atau penginapan. Akses ke Padang Galak juga sangat mudah, jika dari Bandara membutuhkan waktu sekitar 40 menit dan jika dari pusat kota Denpasar hanya 10–15 menit.
Pemerintah juga mengingatkan masyarakat bermain layang–layang di zona aman atau zona yang yang jauh dari kabel listrik PLN, agar tidak mengganggu sistem kelistrikan Bali.
Baca Juga
Bagi masyarakat Bali, bermain layang-layang atau melayangan sudah menjadi bagian dari kebudayaan. Dalam budaya Bali, bermain layang-layang sebagai bagian dari ungkapan syukur kepada Rare Angon yang merupakan manifestasi dari dewa siwa atas hasil panen yang berlimpah. Sehingga sejak dulu, pesta layang-layang selalu dilakukan setelah panen raya di Bali.