Bisnis.com, DENPASAR – Penyaluran kredit perbankan di Bali hingga Mei 2023 tercatat senilai Rp107,05 triliun dan disalurkan ke sejumlah 9 lapangan usaha.
Bank Indonesia mencatat penyaluran kredit sepanjang 2023 paling tinggi ke sektor atau lapangan usaha gabungan (jasa dan lainnya) dengan nilai Rp32,1 triliun.
Kemudian ke sektor perdagangan Rp26,02 triliun, akmamin (akomodasi, makana, dan minuman) Rp18,78 triliun, pertanian Rp4,43 triliun, industri Rp4,05 triliun, jasa masyarakat Rp3,28 triliun, konstruksi Rp3,08 triliun, real estate Rp2 triliun, dan lapangan usaha transportasi dan komunikasi Rp1,99 triliun.
Kepala Tim Kelompok Perumusan KEKDA Wilayah dan Provinsi BI Bali, Rahmad Hadi Nugroho menjelaskan jika dilihat dari jenis penggunaan, penyaluran kredit paling besar ke kredit investasi dengan porsi 34,22 persen, kemudian kredit modal kerja 33,47 persen, dan kredit konsumsi 32,31 persen.
“Penyaluran kredit di Bali relatif imbang jika dilihat berdasarkan jenis penggunaannya, namun berdasarkan lapangan usahanya masih terfokus pada perdagangan dan akomodasi makan minum,” jelas Rahmad, Jumat (16/6/2023).
Rahmad menjelaskan pertumbuhan kredit perbankan di Bali trennya meningkat, pertumbuhan tertinggi pada lapangan usaha pertanian seiring dengan tingginya penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR).
Sementara itu, perkembangan tingkat NPL di Bali menunjukkan tren stabil dan di bawah rentang 5 persen. Namun demikian, NPL sektor akmamin relatif masih tinggi yang masih di angka 8 persen hingga memasuki kuartal II/2023, dan menunjukkan tren peningkatan. NPL akmamin di Bali lebih tinggi dari NPL nasional yang sudah di bawah 3 persen.
Untuk LAR total secara nasional maupun Bali terus melanjutkan tren penurunan sejak awal 2021, dengan LAR akmamin Bali masih relatif tinggi di angka 70 persen. LAR di Bali ini juga jauh lebih tinggi dibandingkan dengan LAR nasional yang sudah di bawah 40 persen.