Bisnis.com, DENPASAR—“Khawatir tentu ada, tetapi saya sama teman-teman berpikir jalankan saja dulu kalau nanti gagal ya anggap sebagai pelajaran,” ungkap I Gusti Surya Adi Wikandia kepada Bisnis pada Jumat (28/10/2022). Penjelasan singkat dan sederhana itu diungkapkannya ketika ditanya alasannya membuka usaha Martabak Trio di Kota Denpasar pada Januari 2022.
Insting mahasiswa semester 7 Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) Bali tersebut menemui kenyataan. Sebulan pertama, ketika belum memanfaatkan aplikasi daring, penjualan mencapai 400-600 box per bulan. Jumlah ini kemudian melesat hingga 2.500 box per bulan paska dirinya memutuskan bergabung lewat aplikasi seperti Gofood. Sebanyak 75 persen order datang dari aplikasi daring, sisanya secara manual.
Pria yang akrab dipanggil Gung Surya ini mengakui kondisi ekonomi Bali pada saat itu masih dipenuhi ketidakpastian akibat Covid-19. Namun, dia memiliki keyakinan bahwa era digitalisasi akan memberi peluang besar bagi pelaku usaha seperti dirinya. Menurutnya, jika dibandingkan pelaku usaha tahun-tahun sebelumnya, eranya jauh lebih mudah dalam hal pemasaran dan penetrasi produk.
“Saat itu keyakinan saya dan pendiri lainnya, ada aplikasi yang akan membantu usaha. Jadi hitung-hitung modal awal kalau sampai ga berhasil ya anggap saja belajar,” jelasnya.
Optimisme Gung Surya kini menyebar ke keluarganya. Berkat usaha yang didirikan bersama sejumlah temannya tersebut, sedikit demi sedikit dia dapat membuktikan kepada orang tuanya potensi bisnis kuliner. Orang tuanya adalah pengusaha kerajinan di Pantai Kuta. Akibat pandemi, bisnisnya terganggu. Sekarang, orang tuanya beralih profesi membuka bisnis kuliner khas Bali di rumah.
“Saya sempat tidak bilang ke orang tua kalau buka bisnis, setelah buka baru bilang dan sekarang mereka ikut jualan usaha kuliner di rumah di Kuta,” tuturnya.
Satu hal yang Gung Surya tekankan jika Covid-19 boleh saja menyebakan industri pariwisata di Bali porak poranda. Keberadaan aplikasi daring seperti Gojek seharusnya menjadi peluang bagi pelaku usaha untuk bangkit dan tidak larut dalam keterpurukan. Bali, kata dia, tidak bisa lagi hanya menggantungkan pada satu harapan saja, yakni, pariwisata. Sektor lain, khususnya UMKM ditambah dengan adanya kemudahan lain yaitu, digitalisasi seharusnya bisa menjadi pintu untuk menjalankan roda perekonomian.
Gung Surya adalah warna baru bagi generasi di Bali. Sebelum pandemi, jumlah pengusaha muda khususnya di sektor UMKM masih minim. Perpaduan antara situasi pandemi dan melejitnya digitalisasi kemudian menjungkirbalikkan fakta yang bertahan puluhan tahun tersebut. Data BPS Bali menunjukkan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas yang bekerja di sektor informal pada Februari 2022 sebanyak 58,87 persen dari total jumlah pekerja. Angka ini lebih tinggi dibandingkan Februari 2019, sebesar 51,1%.
Hal itu menjadikan UMKM sebagai salah satu mediator kebangkitan pariwisata Bali. Per akhir Desember 2021 memiliki sekitar 441.127 UMKM. Dari jumlah tersebut, sebanyak 254.655 unit bergerak di sektor perdagangan yang salah satunya adalah kuliner. Banyaknya jumlah UMKM tersebut membuat perannya sangat signifikan dalam membantu memulihkan perekonomian daerah. Meskipun mengalami tekanan dari jumlah omset, tetapi UMKM di Pulau Bali tetap mampu bergerak. Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati menuturkan, kiprah pelaku usaha UMKM menjadi tulang punggung perekonomian daerah tatkala pandemi membuat pariwisata limbung. Saat ini pemulihan ekonomi Bali terus menguat hingga triwulan II-2022 sebesar 3,04%, lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,45%.
“Ini terjadi karena UMKM di Bali sangat adaptif. Mereka cepat mengggunakan transaksi non tunai dan digitalisasi saat ada pembatasan kegiatan masyarakat,” ujarnya.
Pemprov Bali menurutnya telah mengeluarkan berbagai kebijakan membantu sektor UMKM terutama di masa pandemi seperti relaksasi pajak, kemudahan regulasi, bantuan modal, peningkatan kualitas SDM, bantuan teknologi, promosi UMKM. Selain itu, dengan dukungan banyak pihak berhasil menggandeng pelaku UMKM untuk bertransformasi ke arah digital. Karena ia memandang di era ini sangat perlu tidak hanya sebagai media promosi tapi juga untuk kemudahan transaksi. Dia menuturkan bahwa pandemi telah membuat banyak pelaku UMKM di Pulau Dewata memanfaatkan aplikasi digital.
Terjadinya pandemi Covid 19 di awal tahun 2020 semakin menguatkan pentingnya digitalisasi. Saat pandemi terjadi sektor perekonomian bergerak dengan digital dan tidak hanya memberi manfaat bagi sektor penjualan tetapi juga pada semua transaksi sehingga manfaatnya sangat luas. Bahkan digitalisasi telah membantu sejumlah UMKM untuk tetap bisa bangkit di tengah pandemi dengan pemasaran maupun transaksi melalui sistem digital. Kekuatan digital sangat luar biasa dan digitalisasi tidak hanya milik pengusaha maupun perusahaan besar bahkan pedagang di pasar, pelaku UMKM sudah merambah ke sektor digital baik dalam pemasaran maupun transaksi dengan menggunakan QRIS.
Penjelasan Wagub Bali seirama dengan hasil penelitian Lembaga Demografi FEB Universitas Indonesia. Keandalan ekosistem dan solusi Gojek membantu UMKM dan pengusaha pemula terus tumbuh di tengah pandemi, secara khusus di Bali. Pada 2021, pendapatan Mitra UMKM GoFood Bali rata-rata naik 51% di tahun 2021 dibandingkan tahun 2020. Sebanyak 1 dari 5 mitra UMKM di Bali bergabung ke GoFood saat pandemi. Selain itu, 2 dari 5 mitra UMKM adalah pengusaha pemula yang langsung go-digital. Sebanyak 88% UMKM percaya GoFood mendorong pertumbuhan usaha. Manfaat utama yang dirasakan UMKM dari kemitraan dengan GoFood adalah kesempatan untuk ikut dalam program promosi GoFood, perluasan akses pasar, kemampuan mengirim makanan via pengemudi Gojek, dan kemudahan pengelolaan operasional melalui aplikasi GoBiz
“Keberadaan ekosistem Gojek membantu meningkatkan pendapatan mitra driver dan UMKM selama pandemi. Dalam penelitian ini kami juga melihat mayoritas konsumen Bali [lebih dari 90%] akan tetap menggunakan aplikasi Gojek meski tanpa promo. Hal tersebut mencerminkan persepsi positif konsumen terhadap ekosistem Gojek sebagai platform yang mendukung masyarakat untuk tetap produktif dan aman di masa pandemi,” ungkap peneliti LD FEB UI Alfindra Primaldhi dikutip dari keterangan tertulisnya.
Head Regional Corporate Affairs Gojek, Alfianto Domy Aji, menjelaskan kontribusi tersebut merupakan pencapaian Gojek pada 2020 saat pandemi di Bali sedang berlangsung. Menurutnya capaian itu merupakan kinerja positif yang akan terus ditingkatkan, karena kehadiran Gojek di Bali melibatkan UMKM. Layanan GoSend, menjadi salah satu layanan yang paling banyak dimanfaatkan oleh UMKM, pada 2021 saat pandemic di Bali berlangsung, UMKM yang memanfaatkan Gosend untuk mengantar produknya ke konsumen meningkat dua kali lipat.
“Pada 2021, jumlah UMKM yang menggunakan layanan gosend meningkat signifikan, karena memang UMKM maupun konsumen merasa lebih hemat dan cepat dengan pengiriman barang, dan ongkos kirim yang terjangkau sangat menguntungkan bagi UMKM,” ujarnya. Bergabungnya Tokopedia juga turut memacu transaksi gosend, transaksi digital gosend dari tokopedia semakin mengalami peningkatan.
“Di Bali terdapat 3.600 UMKM di Bali sebagai seller dari Tokopedia yang menggunakan layanan GoSend,” ungkapya.
Gung Surya mengharapkan kehadiran aplikasi Gojek tidak hanya di kota-kota besar seperti Denpasar, kawasan Badung serta Gianyar. Akan lebih baik lagi apabila menyebar hingga pelosok-pelosok seperti Karangasem, Bangli hingga Kabupaten Buleleng. Di daerah-daerah tersebut, pelaku UMKM butuh bantuan untuk akses digitalisasi agar memudahkan siklus hidup bisnis mereka serta mengakses pasar hingga lebih luas.
“Saya inginnya semua daerah di Bali terdampak digitalisasi sih,” harapnya.