Bisnis.com, DENPASAR – Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Provinsi Bali mengharapkan perajin kain di luar daerah Bali tidak memproduksi kain endek yang merupakan ciri khas Pulau Dewata.
Ketua Dekranasda Bali Putri Koster menjelaskan dengan memproduksi endek Bali di luar Bali seperti yang terjadi di Troso, Kabupaten Jepara, secara perlahan akan mematikan budaya tenun endek di Bali dan merugikan secara ekonomi.
“Bayangkan kain endek yang menjadi ciri khas Bali diproduksi di luar Bali, kemudian dijual ke Bali dan yang membeli juga orang Bali. Ini kan secara perlahan mematikan niat orang Bali untuk menenun, itu yang harus disadari,” jelas wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri ini kepada Bisnis pada Selasa (5/7/2022).
Menurutnya, masuknya endek Bali yang diproduksi di Troso merugikan Bali secara ekonomi, disebabkan hasil penjualan kain endek dikirim kembali ke Troso yang menjadi produsen Endek. Hal itu terjadi karena uang hasil penjualan kain endek buatan daerah luar tidak berputar sepenuhnya di Pulau Dewata. Dengan demikian, tenaga kerja pun yang terserap hanya di luar daerah, sementara penenun di daerah ini sangat membutuhkan pengembangan.
Selain kerugian ekonomi, sejak dikeluarkannya Hak Kekayaan Intelektual Komunal endek Bali, maka masyarakat Bali yang memiliki hak penuh untuk pelestarian dan pengembangan endek Bali. Sehingga produksi endek Bali perlu dikembalikan sepenuhnya ke daerah asalnya.
“Produksi kain endek yang sudah menjadi ciri khas Bali harus dikembalikan ke Bali, begitu juga dengan kain khas daerah lain biarkan diproduksi di daerah asalnya seperti songket Palembang dan kain tenun NTT. Troso menjadi sentral penjualan silahkan, ambil kain dari seluruh Indonesia kemudian jual di Troso, itu lebih bagus daripada memproduksi kain daerah lain di Troso,” tegasnya.
Dekranasda juga mendorong generasi muda Bali untuk tetep menenun agar Endek asli Bali tidak diambil oleh daerah lain sehingga merugikan Bali. Permintaan kain endek Bali saat ini sangat tinggi sejak kebijakan penggunaan seragam dari endek. Hal inilah yang kemudian dimanfaatkan penenun lain meningkatkan produksi kain sejenis.
“Oleh sebab itu masyarakat Bali khususnya penenun harus terus berkembang dan meningkatkan produksi,” kata dia.