Bisnis.com, DENPASAR — Pemulihan pariwisata Bali yang masih disokong oleh wisatawan domestik belum mampu memberikan dampak yang signifikan untuk perekonomian setempat.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno mengatakan kedatangan domestik di Bandara Ngurah Rai per Desember 2021 mampu menembus 13.000 penumpang per hari. Jika dibandingkan dengan kondisi November 2021, kedatangan penumpang di Bandara Ngurah Rai naik hampir 20 persen secara bulanan (month to month/MtM).
Adapun sebagian besar penumpang yang datang ke Bali berasal dari Jakarta, Surabaya, dan Makassar.
"Kekuatan kita adalah wisatawan domestik, bagaimana kita terus dorong pergerakannya sudah di atas pre pandemi, ambil contoh Bandara Ngurah Rai," katanya, Kamis (16/12/2021).
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pariwisata Bali Tjok Bagus Pemayun mengatakan pandemi Covid-19 telah berdampak signifikan bagi pariwisata Bali. Sebelum pandemi terjadi, ada sebanyak 6,275 juta kunjungan wisatawan mancanegara ke Bali dengan lima segmen pasar terbesar yakni Australia, Tiongkok, India, Inggris, dan Amerika Serikat.
Berdasarkan data, per Oktober 2021, tingkat hunian kamar hotel berbintang di Bali baru mencapai 17.73 persen. Jika dibandingkan dengan Oktober 2020 yang sebanyak 9,46 persen, memang terjadi peningkatan tetapi jumlahnya dinilai belum signifikan untuk mendongkrak okupansi hotel.
Baca Juga
"Karena pandemi timbulkan dampak ekonomi yang parah, masyarakat kehilangan pekerjaan, pendapatan menurun, ada sekitar 83,26 persen penurunan kunjungan wisman," sebutnya.
Sekretaris Jenderal PHRI Maulana Yusran mengatakan Bali berbeda dengan daerah pariwisata Bali yang bisa mengandalkan wisatawan domestik. Khusus Bali, dan destinasi wisata di Bintan dan Manado akan sulit melakukan pemulihan tanpa wisatawan mancanegara. Pasalnya, segmen market Bali adalah wisatawan mancanegara.
Hal tersebut terlihat dari peningkatan kunjungan wisatawan domestik ke Bali yang mencapai 13.000 kunjungan per hari belum mampu mendongkrak okupansi hotel berbintang. Hingga saat ini okupansi hotel berbintang di Bali masih berkisar antara 18 sampai engan 20 persen.
"Kenapa [okupansi belum tinggi], mereka [bali] sangat butuh wisman, sebelum wisman masuk recovery belum akan terjadi," sebutnya.