Bisnis.com, DENPASAR — Kampus STMIK Primakara bersinergi dan berkolaborasi dengan Indonesia Creative Cities Network (ICCN) dan Bali Initiative Hub (Bithub) menginisiasi Banjar Creative Space di Kabupaten Badung bertajuk Membangun Ekonomi Kreatif Bali dari Banjar.
Program Banjar Creative Space ini juga mendapatkan dukungan penuh dari Kementerian Koperasi dan UMKM, Pemerintah Kabupaten Badung, Badung Economic Art & Creative Hub (BEACH), dan Kampus Alfa Prima.
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengatakan balai banjar sebagai sentra kegiatan adat budaya, sosial dan keagamaan sangat tepat dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan menggeliatkan perekonomian dari banjar. Setidaknya ada sekitar 4.600 balai banjar di Bali yang berpotensi sangat besar untuk menggeliatkan perekonomian.
"Kami (Kementerian Koperasi dan UKM) siap kolaborasi. Kami punya jaringan anak muda kreatif di seluruh Indonesia. Jadi saya mengapresiasi langkah menghadirkan Banjar Creative Space yang ada di banjar ini,” katanya seperti dikutip dalam rilis, Senin (1/11/2021).
Kepada komunitas kreatif banjar, pengelola Banjar Creative Space, Teten mengajak agar mereka ikut bergerak mengembangkan potensi produk unggulan UMKM lokal. Terlebih Kementerian Koperasi dan UKM telah meresmikan Smesco Hub Timur di Nusa Dua, Provinsi Bali. Fasilitas tersebut bertujuan untuk mengoptimalkan potensi produk UMKM di wilayah timur Indonesia.
Teten menyebut nilai ekspor dari Smesco Hub Timur ini ditargetkan mencapai US$15 juta pada 2024.
Baca Juga
“Nanti kita kolaborasikan dengan SMESCO Hub Timur untuk bisa menuju ke pasar global. Banyak anak muda kreatif yang mendukung pengembangan produk UMKM berbasis kreativitas dan inovasi teknologi agar ke depan UMKM kita punya daya saing di pasar domestik maupun global,” sebutnya.
Sebelumnya dalam paparannya Ketua STMIK Primakara Made Artana memaparkan, potensi balai banjar di Bali sangat besar dengan jumlah kurang lebih ada 4.600 balai banjar. Dilihat dari sisi aset bangunan, bangunan balai banjar secara umum dalam kondisi baik, bahkan cukup banyak balai banjar memiliki bangunan 2 (dua) lantai.
Mayoritas balai banjar juga sudah terkoneksi dengan wifi. Sebanyak sekitar 50% balai banjar di Bali sudah memiliki koneksi wifi, dipasang oleh Pemda Bali. Sementara di Kabupaten Badung 100% balai banjar sudah memiliki koneksi wifi yang dipasang oleh Pemkab Badung.
Hanya saja, sejauh ini fungsi dan penggunaan balai banjar lebih sebagai pusat kegiatan adat, budaya, keagamaan dan kegiatan sosial, belum mengarah ke aspek ekonomi dan kreativitas. Penggunaan balai banjar pun dinilai dapat diperluas dan dioptimalkan untuk berbagai kegiatan produktif dan kreatif dalam program Banjar Creative Space.
“Pertama, balai banjar sebagai pusat pengembangan dan pemasaran produk kreatif. Kedua, balai banjar sebagai pusat pengembangan talent (SDM) kreatif. Ketiga, balai banjar sebagai tempat belajar daring bagi siswa,” sebutnya.
Lebih lanjut dijelaskan balai banjar sebagai pusat pengembangan dan pemasaran produk kreatif berperan dalam pengembangan produk kreatif unggulan seperti kuliner, fesyen, kriya, herbal dan digital. Selain itu, juga mendorong produk unggulan banjar/desa untuk mendukung program 1 village, 1 product, dengan pengembangan dari hulu hingga hilir.
Selanjutnya dalam hal pengembangan talent (SDM) kreatif, balai banjar difungsikan sebagai tempat pengembangan SDM kreatif yang didukung oleh jaringan mentor dari komunitas, link and match dengan industri. Tujuan pengembangan SDM kreatif ini yakni menjadi pengusaha maupun freelancer kreatif yang dapat mendukung UKM yang ada di banjar atau wilayahnya ataupun bekerja di industri pada bidang-bidang kreatif.
Fokus pilihan materinya mencakup design grafis, videografi, internet marketing, content creator, entrepreneurship, product development (perancangan dan pembuatan produk).
Terdapar sejumlah kebutuhan yang harus dipenuhi banjar sebagai creative space. Pertama, sarana prasarana. Dibutuhkan tambahan sarana-prasarana untuk memfungsikan banjar sebagai creative space, antara lain: meja-kursi, audio visual, papan tulis dan instalasi listrik untuk mendukung.
Kedua, aspek pengelola. Perlu dibentuk Komunitas Kreatif Banjar sebagai pengelola space dan penggerak. Komunitas Kreatif Banjar merupakan komunitas kreatif yang dibentuk di banjar-banjar, dikoordinasi dan dibina oleh Badan Kreatif Kabupaten/Kota, berafiliasi dengan Bithub di level provinsi dan ICCN di Nasional.
Ketiga, program agenda kegiatan. “Perlu dibuat program regular yang terjadwal agar creative space termanfaatkan dengan baik. Keempat, dukungan ekosistem. Diperlukan dukungan ekosistem agar Banjar Creative Space dapat berjalan berkelanjutan,” sebutnya.
Sementara itu Bupati Badung Nyoman Giri Prasta mengapresiasi hadirnya Banjar Creative Space di Kabupaten Badung yang diinisiasi STMIK Primakara berkolaborasi dengan jejaring komunitas dan stakeholder kreatif.
“Suatu kebanggaan Banjar Creative Space dimulai di Kabupaten Badung. Ini jadi role model pelaksanaan kreativitas, membangun ekonomi kreatif mulai dari banjar,” sebutnya.
Ia mengungkapkan Pemkab Badung memang telah memberikan perhatian besar dan dukungan penuh terhadap keberadaan balai banjar mulai dari perbaikan bangunan balai banjar, peningkatan sarana prasarana termasuk pemasangan wifi gratis di balai banjar hingga berbagai aktivitas masyarakat seperti sekaa teruna teruni di balai banjar.
Pemkab Badung juga terus menjalin dan meningkatkan kerja sama dan kolaborasi dengan STMIK Primakara dan stakeholder lainnya guna mewujudkan Badung Smart City hingga program Badung Smart Village.
“Dalam kesempatan ini kami juga meminta dukungan Kementerian Koperasi dan UKM untuk mengguatkan keberadaan UMKM di Badung, agar bisa juga berdaya saing di tingkat global,” sebutnya.