Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Minta Peredaran Arak Bali Berbahaya Diawasi Ketat

Pergub ini memiliki poin positif untuk meningkatkan kearifan lokal Bali mulai dari minuman arak. Namun, hal yang ditakutkan akan adanya oknum pembuat arak berbahaya dan beracun dengan cara mencampur metanol dengan air.
Ilustrasi.
Ilustrasi.

Bisnis.com, DENPASAR - Produsen minuman mengandung etil alkohol atau MMEA meminta agar regulasi Pergub No.01/2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi khas Bali dikawal secara ketat. Tujuannya meminimalisir adanya kecurangan produksi minuman lokal arak berbahaya oleh oknum tidak bertanggung jawab.

Direktur Utama PT Lovina Industri Sukses I Nyoman Juli Arsana mengatakan masih banyak masyarakat yang belum begitu paham tentang legalisasi arak Bali, karena tidak semua arak yang dijual di Pulau Dewata merupakan arak legal atau aman untuk dikonsumsi. Adapun arak legal merupakan arak yang diproduksi oleh perusahaan yang telah dilegalisasi dan memperoleh izin edar.

"Dalam hal ini pabrik akan memperoleh arak dari Koperasi yang sebelumnya telah dikumpulkan oleh para petani, kemudian distandarisasi kembali agar sesuai aturan dari BPOM," kata dia kepada Bisnis, Kamis, (25/3/2021).

Menurut Juli, terbitnya Pergub ini memiliki poin positif untuk meningkatkan kearifan lokal Bali mulai dari minuman arak. Namun, hal yang ditakutkan akan adanya oknum pembuat arak berbahaya dan beracun dengan cara mencampur metanol dengan air. Kecurangan lainnya seperti mengolah gula destilasi sebagai arak yang dijual dengan harga Rp8.000 per liter, padahal harga arak dari nira kelapa Rp30.000 per liter.

"Harusnya Pergub ini dikawal ketat, jangan sampai masyarakat salah mengira semua arak sudah legal dan membuka peluang adanya arak berbahaya beredar di masyarakat," tambahnya.

Dari sisi lain, dia mengakui pandemi Covid-19 memberikan pilihan kepada para konsumen untuk memperoleh minuman beralkohol dengan harga yang lebih terjangkau. Sedangkan harga arak legal dan ilegal memiliki selisih harga yang cukup tinggi.

"Kami memahami bahwa semua terkena dampaknya, dan turut berharap agar pandemi segera berakhir, dan ekonomi mampu mulih kembali," tutur Juli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Luh Putu Sugiari
Editor : Miftahul Ulum
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper