Bisnis.com, DENPASAR — Koperasi Amed Salt Center, Kabupaten Karangasem, Bali menargetkan tahun ini penjualan garamnya dapat mengalami peningkatan hingga 20 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 10 ton (year on year/yoy).
Ketua Koperasi Amed Salt Center Nengah Suanda mengatakan tahun ini pihaknya menargetkan penjualan meningkat 20 persen (yoy) dengan membidik industri usaha di luar hotel, restoran, dan kafe (Horeka) di Pulau Dewata.
Strategi pemasaran yang dilakukan dengan memetakan calon konsumen untuk mengetahui potensi ideal garam yang dibutuhkan. "Dengan strategi tersebut, kami prediksi target penjualan sudah mampu tercapai dua sampai tiga bulan ke depan," tuturnya kepada Bisnis, Kamis (18/3/2021).
Suanda menjelaskan produk garam Amed selalu laris di pasaran karena memiliki cita rasa yang khas dan diproduksi dengan cara tradisional. Kemudian secara kajian ilmiah, garam ini juga tidak mengandung cemaran, kandungan NaCl yang sesuai SNI, memiliki kandungan magnesium, kalsium, dan yodium. Sehingga dengan kualitas tersebut garam Amed memiliki harga premium.
"Garam kami memiliki pangsa pasar tersendiri yang memang kelas premium, jadi setiap tahun pasti laku di pasaran," kata dia.
Garam Amed, lanjutnya, hanya diproduksi pada periode Agustus sampai September atau diluar musim hujan. Adapun dari jumlah anggota sebanyak 34 orang dengan luas lahan keseluruhan mencapai 1,2 hektare, koperasi dapat menghasilkan rata-rata 40 ton garam per tahunnya.
Baca Juga
Selanjutnya, 40 ton garam akan dibeli seharga Rp500 juta dari petani. Dengan adanya pengolahan kembali di koperasi, harga jual 40 ton garam dapat mencapai Rp1,5 miliar.
"Tujuan dari pembangunan koperasi ini untuk pemberdayaan anggota, jadi ada atau tidaknya pandemi petani akan tetap menerima hasil penjualan garam dengan harga yang sama seperti saat kondisi normal," tambahnya.