Bisnis.com, DENPASAR — Musim hujan berkepanjangan membuat harga komoditas cabai rawit merah di Bali menembus rekor Rp106.667 per kilogram. Kondisi ini diperparah dengan berkurangnya luas tanam pertanian cabai sehingga membuat produksi yang tidak setinggi biasanya. Bahkan, sebagian besar pemenuhan kebutuhan cabai rawit di Bali didatangkan dari Jawa Timur.
Berdasarkan Sistem Pemantauan Pasar dan Kebutuhan Pokok Kementerian Perdagangan, harga cabai rawit merah pada Selasa (9/3/2021) menembus Rp106.667 per kilogram, naik 1,56 persen dibandingkan perdagangan satu hari sebelumnya.
Data serupa juga ditunjukkan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Bali yang memantau harga rata-rata bahan pokok pada Rabu (10/3/2021). Harga cabai rawit merah pada Rabu (10/3/2021) masih sama dengan hari sebelumnya yakni berkisar di angka Rp106.667 per kilogram.
Lebih lanjut, harga cabai rawit di pasar besar di Bali yakni Pasar Badung dan Pasar Kreneng berkisar Rp110.000 per kilogram. Di Pasar Nyengelan, harga cabai merah lebih rendah yakni senilai Rp100.000 per kilogram.
Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali I Wayan Sunarta mengatakan cabai rawit merupakan komoditas yang sangat berpengaruh terhadap musim. Musim hujan yang terjadi selama periode Desember hingga Maret akan mempengaruhi produksi. Apalagi, musim hujan tahun ini lebih panjang karena dipengaruhi oleh fenomena La Nina.
Fenomena La Nina, lanjutnya, telah membuat produksi cabai terganggu. Buktinya, harga cabai merah pada hari ini lebih tinggi 189,32 persen dibandingkan periode sama tahun lalu (year on year/yoy). Bahkan, pada Maret 2019, harga cabai merah jauh lebih rendah yakni di kisaran Rp23.000 per kilogram.
Baca Juga
"Hujan yang berkepanjangan ini membuat buah mudah terkena jamur, daun menguning. Dulu pernah seperti ini sekitar 5 tahun lalu, sekarang juga ekstrem hujannya, jadi cabai memang rata-rata mengalami kenaiakan harga," katanya kepada Bisnis, Rabu (10/3/2021).
Menurunya, harga cabai rawit merah di tingkat petani masih berkisar Rp60.000 hingga Rp70.000 per kilogram. Namun, sampai di pasar umum harganya memang bisa menyentuh Rp100.000 per kiligram karena menyesuaikan dengan proses distribusi.
Sebetulnya, Sunarta menilai petani cabai tahun ini cukup diuntungkan dengan kenaikan harga. Pasalnya, bertani cabai membutuhkan modal yang tinggi yakni sekitar Rp100 juta per hektar. Jika 1 hektar luas tanam mampu memproduksi cabai sebanyak 10 hingga 15 ton dengan harga jual di petani Rp60.000 per kilogram, petani mampu memperoleh Rp600 juta.
Kondisi ini jelas berbeda dengan periode sebelum Desember-Maret 2021, dengan harga jual cabai di tingkat petani hanya senilai Rp4.000 hingga Rp5.000 per kilogram. Harga jual cabai yang sempat sangat rendah membuat luas tanam cabai tahun ini menurun sehingga ikut memberi pengaruh pada kenaikan harga cabai di Bali.
Berdasarkan data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali, luas tanam cabai pada Februari 2021 menurun 88,89 persen menjadi 54 hektar dari bulan sebelumnya yang seluas 486 hektar. Produksi cabai per Februari 2021 adalah 10.223 kuintal turun 40,89 persen dibandingkan bulan sebelumnya.
"Luas tanam petani saat ini juga menurun karena dia kehilangan uang akibat harga jual yang sempat rendah sehingga tidak bisa menanam lagi. Harga cabai di Maret-September 2020 menyentuh di bawah Rp10.000 per kilogram, petani merugi jadi tidak tanam, kecuali dia memiliki keuangan yang kuat," sebutnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Bali I Wayan Jarta mengakui supply cabai rawit merah dari petani di Bali saat ini cukup terbatas sehingga menaikkan harga. Apalagi, saat terjadi musim hujan, produksi cabai juga menurun. Saat ini, distribusi cabai di Bali banyak didatangkan dari Jawa Timur daripada dipasok oleh petani lokal.
Sebelum harga cabai di Bali melonjak, provinsi lain sudah terlebih dahulu merasakan kenaikan harga cabai. Bahkan, dinilai harga cabai di atas Rp100.000 per kilogram telah terjadi secara nasional.
Jarta pun mengaku pihaknya tidak bisa mencarikan solusi dengan membeli komoditas cabai dari provinsi lain untuk menurunkan harga.
"Saya sudah survei harga di pasar secara nasional, Jatim juga harga tinggi, kalau saja bisa lakukan itu [ambil dari provinsi yang harganya murah], ini kita tempuh percuma juga karena harganya juga sama sekitar Rp100.000," sebutnya.